Peneliti menemukan cemaran paracetamol di teluk DKI Jakarta. Konsentrasi tertinggi ada di wilayah Ancol dan Angke.
Studi ini adalah pertama yang yang menganalisis gambaran kualitas air laut berkaitan dengan kontaminasi paracetamol di perairan pesisir sekitar Indonesia. Sebenarnya apa penyebab pencemaran tersebut?
"Seharusnya tidak ada ya paracetamol di air laut. Kita paham ya bahwa paracetamol itu mudah dibeli, tidak perlu resep dokter, jadi penggunaannya berlebihan," kata peneliti LIPI Zainal Arifin kepada detikcom, Sabtu (2/10/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kandungan paracetamol di dalam air diduga karena manajemen penanganan limbah yang kurang baik yang membuat kotoran tidak terurai dengan baik.
"Waste water treatment kita kurang baik, tidak bisa menyaring dengan baik. Kalau kita konsumsi secara berlebihan itu kan akan terbuang melalui air seni atau feses kita masuk ke septic tank, sistem limbahnya kurang bagus apalagi di masyarakat ekonomi lemah," jelasnya.
"Bisa dari rumah sakit dan perusahaan farmasi juga. Tapi ini terkait dengan sistem pengelolaan air limbah di rumah sakit dan perusahaan farmasi yang tidak terkelola dengan baik sehingga sisa-sisa obat atau limbah masuk ke air," sambungnya.
Studi tersebut menjelaskan konsentrasi tinggi yang terdeteksi, dibandingkan dengan tingkat lain yang dilaporkan dalam literatur ilmiah, meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan yang terkait dengan paparan jangka panjang dan, terutama, dampak pada peternakan kerang di dekatnya.
(kna/up)











































