5 Fakta Molnupiravir, Obat COVID-19 Oral Pertama di Dunia yang Lagi Hits

Round Up

5 Fakta Molnupiravir, Obat COVID-19 Oral Pertama di Dunia yang Lagi Hits

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Senin, 04 Okt 2021 05:00 WIB
Jakarta -

Obat COVID-19 eksperimental molnupiravir besutan Merck tengah jadi perbincangan. Sejumlah negara mulai meliriknya, termasuk Malaysia yang dikabarkan sudah menegosiasikan pembelian obat tersebut.

Di negara asalnya, Amerika Serikat, izin penggunaan darurat obat ini baru akan didaftarkan dalam dua pekan ke depan. Namun uji klinis yang telah dilakukan menunjukkan hasil menjanjikan, mencegah risiko dirawat di rumah sakit dan meninggal hingga 50 persen.

Beberapa fakta molnupiravir terangkum sebagai berikut:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Hasil uji klinis

Uji klinis molnupiravir melibatkan 775 pasien COVID-19 kategori ringan-sedang, seluruhnya memiliki sedikitnya satu faktor risiko perburukan seperti diabetes dan penyakit jantung. Dalam 5 hari setelah muncul gejala, sebagian partisipan secara random mendapat molnupiravir selama 5 hari dan sebagian sisanya mendapat plasebo.

Di akhir penelitian, 14,1 persen pasien di kelompok plasebo dirawat di rumah sakit dan meninggal. Hanya 7,3 persen pasien dari kelompok molnupiravir yang masuk rumah sakit dan tidak satupun meninggal dunia.

ADVERTISEMENT

2. Cara kerja

Obat yang dikembangkan Merck and Ridgeback Biotherapeutics ini bekerja dengan memodifikasi material genetik atau RNA virus Corona. Modifikasi tersebut menciptakan error sehingga mengeblok virus untuk menggandakan diri.

3. Efek samping

Merck melaporkan tidak ada efek samping serius molnupiravir yang dialami relawan dalam uji klinis. Beberapa efek samping yang umumnya berupa keluhan ringan seperti sakit kepala, sulit dibedakan dengan keluhan yang muncul karena COVID-19.

4. Pertama di dunia

Obat sejenis selama ini diberikan melalui injeksi, dan jika molnupiravir mendapat izin penggunaan darurat maka ini akan menjadi obat oral pertama untuk COVID-19. Perusahaan lain, Pfizer juga tengah mengembangkan obat sejenis, demikian juga Atea Pharmaceutical dan Roche. Uji klinis baru akan dilakukan beberapa bulan ke depan.

5. Lebih mudah diakses

Dibanding terapi antibodi monoklonal yang diberikan melalui injeksi, adanya obat COVID-19 yang bisa diberikan secara oral dinilai menjanjikan. Dalam bentuk sediaan oral, obat ini lebih mudah didistribusikan dan diakses lebih banyak orang.

"Nah ini kan kalau bicara kapsul lebih banyak yang bisa dijangkau. Hanya sayangnya ini mahal ya, jutaan, kurang lebih. Tapi ini data awalnya sudah menjanjikan, bahkan lebih baik dari monoklonal antibodi yang selama ini banyak dipakai orang," kata Dicky Budiman, pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia.

Halaman 3 dari 2
(up/up)
Obat COVID Molnupiravir
14 Konten
Perusahaan farmasi Merck mengumumkan hasil uji klinis yang menjanjikan dari molnupiravir, obat COVID-19 pertama yang diberikan secara oral. Sejumlah negara mulai meliriknya.

Berita Terkait