Seiring lonjakan kasus COVID-19 Singapura, ahli pengobatan pernapasan dan perawatan kritis di ICU, Dr Puah Ser Hon, menyebut semakin lama seseorang menjalani perawatan di ICU, semakin lemah kodisi tubuhnya.
Menurutnya, terdapat puncak dan palung pada COVID-19 Singapura. Ada hari di mana rumah sakit amat padat, dipenuhi pasien-pasien yang mengalami perburukan kondisi, membutuhkan penanganan rumah sakit pada hari yang sama.
ICU 20 tempat tidur di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) memiliki empat ICU dengan 20, 18, 10 dan enam tempat tidur. Juga terdapat dua tim dokter terdiri dari konsultan, residen senior dan beberapa petugas medis, didukung tim perawat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasien dengan gejala parah di bangsal umum akan diperiksa langusng oleh dokter ICU. Jika memerlukan perawatan kritis, pasien ahrus dipindahkan ke ICU. Sementara pada kondisi rumah sakit yang lebih padat, pasien COVID-19 bergejala akan dirawat di unit gawat darurat.
Pasien-pasien yang datang kebanyakan dilarikan ke rumah sakit karena menderita serangan jantung atay stroke. Namun ketika sudah masuk rumah sakit, pemeriksaan mungkin menemukan pasien tersebut juga terinfeksi virus Corona dan harus dirawat di ICU.
"Kami melakukan triase kepada mereka yang membutuhkan perhatian lebih mendesak terlebih dahulu. Jika perlu, kami akan meminta bantuan," kata Dr Puah, dikutip dari The Straits Times, Selasa (2/10/2021).
Dr Puah terbiasa mengecek kondisi paru-paru lebih dulu untuk mendeteksi keberadaan cairan dan sebagainya. Terapis pernapasan bakal harus memastikan bahwa ventilator, yang mengambil alif pernapasan pasien, dikalibarsi persis sesuai kebutuhan pasien.
Jika ia tak bisa memastikan kondisi pasien, ia akan beralih ke dokter ginjal atau ahli jantung, terlebih jikaa organ pasien memburuk dibarengi infeksi sekunder dari COVID-19.
Menurutnya, penting untuk menanyakan pada pasien dengan kondisi kritis perihal apa yang pasien inginkan. Sebab semakin lama pasien tinggal di ICU, semakin lemah kondisi fisiknya. Bahkan setelah pemulihan, pasien tidak bisa menikmati kualitas hidup yang mereka miliki sebelumnya.
Ditambah, perawatan ICU bisa sangat tidak nyaman dengan selang di mulut untuk membantu pernapasan. Pasien tidak bisa makan atau minum, sehingga harus menggunakan selang untuk mendapat asupan makanan.
Dr Puah kerap merasakan keterikatan yang kuat dan menyakitkan saat melihat pasien yang ia rawat berinteraksi dengan keluarga.
"Ini agak seperti film. Pasien yang sangat sakit di bagian paling parah dari masa tinggal mereka, ketika mereka menjadi lebih baik dan keluar dari ICU, itu sesuatu yang luar biasa," ujar Dr Puah.
Simak Video "Video Pernyataan Kemenkes Singapura Terkait Lonjakan Kasus Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)











































