Perjalanan COVID-19 Sejak Pasien Nol Muncul di China hingga Kini Mendunia

Perjalanan COVID-19 Sejak Pasien Nol Muncul di China hingga Kini Mendunia

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Kamis, 18 Nov 2021 10:30 WIB
Perjalanan COVID-19 Sejak Pasien Nol Muncul di China hingga Kini Mendunia
Perjalanan COVID-19 sejak pasien nol dilaporkan di China hingga saat ini. (Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/oonal)
Jakarta -

Momen dua tahun setelah kasus pertama COVID-19 dilaporkan di Provinsi Hubei, China, jatuh tepat pada 17 November 2021. Ini merupakan momen bersejarah, karena sejak saat itu dunia mulai berubah dan tidak tahu kapan bisa 'normal' kembali.

Dikutip dari Worldometer, kasus COVID-19 di dunia hingga saat ini sudah mencapai angka 255.672.366, dengan 231.062.305 orang dinyatakan sembuh dan 5.137.845 meninggal dunia. Peringkat teratas jumlah kasus positif masih diduduki oleh Amerika Serikat dengan 48.284.486 kasus dan India dengan 34.466.598 kasus.

Berikut perjalanan pandemi COVID-19 sejak awal dilaporkan di China hingga November 2021 yang dikutip dari First Post:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

17 November 2019

Kasus pertama virus Corona dilaporkan pada 17 November 2019 di Provinsi Hubei, China. Laporan South China Morning Post menyebutkan bahwa seorang pria berusia 55 tahun tertular virus dari sesuai yang dijual di pasar basah di kota tersebut.

31 Desember 2019

Komisi Kesehatan Kota Wuhan, China, melaporkan adanya klaster kasus pneumonia di kota tersebut. Di saat itulah SARS-CoV-2 yang saat itu masih disebut Novel Coronavirus akhirnya diidentifikasi untuk pertama kalinya.

ADVERTISEMENT

13 Januari 2020

Pada 13 Januari 2020 ini, untuk pertama kalinya kasus virus Corona dilaporkan di luar China. Hal ini dikonfirmasi oleh pejabat di Thailand. Pasiennya merupakan seorang wanita berusia 61 tahun dari Wuhan dan tidak melaporkan mengunjungi pasar makanan laut Huanan.

21 Januari 2020

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkonfirmasi terjadi penularan virus tersebut dari manusia ke manusia. Bersamaan dengan itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus membentuk Komite Darurat (EC) di bawah Peraturan Kesehatan Internasional (IHR 2005) untuk menilai apakah wabah itu termasuk keadaan darurat dan memerlukan perhatian pihak internasional.

30 Januari 2020

Kasus virus Corona pertama kali dilaporkan di distrik Thrissur, Kerala, India. Pasiennya merupakan seorang mahasiswa kedokteran berusia 20 tahun yang baru saja kembali dari Wuhan, China.

11 Februari 2020

WHO secara resmi menamai virus Corona sebagai Coronavirus COVID-19.

9 Maret 2020

Kasus COVID-19 mulai menyebar di Italia dan membuat rumah sakit kewalahan. Di saat itu, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte pertama kali mengumumkan penguncian atau lockdown di seluruh negaranya.

11 Maret 2020

Per 11 Maret 2020, Dirjen WHO resmi menyatakan wabah COVID-19 sebagai pandemi. Sebab, tingkat penyebaran kasus ini mulai meningkat dan mengkhawatirkan.

"Kami sangat prihatin, baik dengan tingkat penyebaran dan keparahan yang mengkhawatirkan. Kami telah menyerukan setiap hari agar negara-negara mulai mengambil tindakan yang mendesak dan agresif," kata dia.

24 Maret 2020

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach sepakat untuk menunda Olimpiade hingga 2021 akibat pandemi COVID-19.

25 Maret 2020

Perdana Menteri India Narendra Modi mulai melaksanakan jam malam selama 14 jam dan melakukan lockdown di seluruh negeri hingga 14 April 2020. Saat itu, orang-orang mulai diwajibakan berada di dalam rumah.

28 April 2020

Amerika Serikat mencatatkan 1 juta kasus infeksi COVID-19. Pemerintah setempat pun mulai mendesak Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk mengizinkan penggunaan obat Remdesivir pada pasien COVID-19 yang parah.

8 Juni 2020

India mulai melakukan pembukaan dari lockdown secara bertahap. Saat itu, India telah melaporkan lebih dari 250.000 kasus dan 7.200 kasus kematian akibat COVID-19.

Pemerintah mulai mengizinkan mal, hotel, restoran, dan tempat ibadah untuk dibuka kembali dengan aturan ketat yang harus dipatuhi.

Di awal tahun 2021, WHO merilis hasil penyelidikan soal asal-usul COVID-19. Klik ke halaman selanjutnya.

11 Agustus 2020

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan telah menyetujui vaksin Corona untuk penggunaan umum sebelum uji coba fase ketiga selesai. Vaksin yang diberi nama Sputnik-V itu dikembangkan oleh Institut Gamaleya yang berbasis di Moskow dengan Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF).

8 Desember 2020

Inggris mulai mengampanyekan vaksinasi COVID-19 dan menjadi negara pertama yang melakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech. Vaksinasi ini pertama kali diberikan pada petugas kesehatan, kelompok berusia di atas 80 tahun, dan pekerja di panti jompo. Margaret Keenan (90 tahun) menjadi orang pertama di dunia yang disuntik vaksin Pfizer.

16 Januari 2021

India mulai melakukan program vaksinasi COVID-19 terbesar di dunia. Vaksin yang digunakan adalah Covishield yang dikembangkan oleh Serum Institute of India dan Covaxin dari Bharat Biotech.

30 Maret 2021

WHO merilis laporan tentang penyelidikan awal soal asal-usul COVID-19. Meskipun tidak meyakinkan, pihak WHO menyatakan bahwa virus ini 'sangat tidak mungkin' berasal dari kebocoran laboratorium di Wuhan.

Saat itu, mereka percaya bahwa virus tersebut 'sangat mungkin' berasal dari kelelawar ditularkan melalui hewan perantara sebelum akhirnya ditularkan ke manusia.

Di saat yang sama, sebanyak 14 negara mengeluarkan pernyataan yang meningkatkan khawatiran atas independensi penelitian tersebut, dengan alasan tidak memiliki akses data serta sampel yang lengkap dan asli.

17 April 2021

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University, perhitungan global kematian akibat COVID-19 telah melampaui tiga juta kasus.

1 Mei 2021

India mulai memasuki fase ketiga program vaksinasi Corona, di mana semua orang yang berusia di atas 18 tahun dan memenuhi syarat harus divaksinasi. Ini terjadi saat negara tersebut mengalami gelombang kedua dan banyak menyebabkan kematian.

21 Oktober 2021

India mencapai sejarah besar dalam program vaksinasi COVID-19. Dosis vaksin yang telah diberikan pada warganya telah melampaui angka 100 juta.

1 November 2021

Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka telah mulai melakukan vaksinasi pada anak usia 6-11 tahun dengan vaksin Pfizer-BioNTech. Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Dr Rochelle Walensky meyakinkan para orang tua dan merekomendasikan agar anak-anaknya divaksinasi.

3 November 2021

WHO mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin Covaxin dari Bharat Biotech dan menjadikannya vaksin COVID-19 ke-8 yang menerima rekomendasi tersebut.

Halaman 2 dari 2
(sao/up)

Berita Terkait