Aksi biadab dilakukan Herry Wirawan (36), guru pesantren di Bandung memperkosa 12 santriwati hingga beberapa korbannya hamil dan melahirkan. Saat menjalani persidangan, para korban mengalami trauma mendalam.
"Iya, waktu diperdengarkan speaker ya, si korban langsung tutup telinga, menjerit, nggak tahan," ujar jaksa Kejaksaan Negeri (Kejari) Bandung Agus Mudjoko saat berbincang dengan detikcom, Kamis (9/12/2021).
Tindakan pemerkosaan seperti yang dilakukan Herry tentu membawa efek pada korbannya. Dikutip dari RAINN.org, Kamis (9/12/2021), berikut efek yang kemungkinan dialami korban pemerkosaan:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Depresi
Menyalahkan diri sendiri menjadi salah satu efek jangka pendek dan jangka panjang yang paling umum terjadi.
Korban kekerasan seksual kerap kali menyalahkan diri mereka sendiri dan berujung pada depresi. Depresi merupakan kondisi gangguan mood terjadi ketika perasaan yang terkait dengan kesedihan dan keputusasaan terjadi terus menerus dalam jangka waktu lama serta mengganggu pola pikir sehat.
2. Sindrom Trauma Perkosaan
Sindrom trauma perkosaan (Rape Trauma Syndrome/RTS) adalah turunan dari PTSD (gangguan stres pascatrauma) dimana seseorang mengalami gangguan kecemasan yang diakibatkan peristiwa perkosaan.
Seorang penyintas kekerasan seksual sangat mungkin merasakan stres, ketakutan, kecemasan dan rasa gugup. Pengidap RTS akan merasakan perasaan tersebut dengan sangat ekstrim, dapat menyebabkan pengidapnya merasa selalu dalam bahaya dan mengalami gangguan saat beraktivitas sehari-hari.
3. Kilas Balik
Kilas balik merupakan kondisi ketika ingatan akan trauma masa lalu terasa seolah-olah terjadi pada saat ini. Itu berarti, orang yang mengalami kilas balik akan merasakan keadaan saat dirinya mengalami kekerasan seksual.
Kilas balik dapat terjadi secara tiba-tiba tergantung pemicunya bisa dengan indra seperti mencium bau seseorang atau mendengar suara tertentu. Kondisi ini merupakan respons normal terhadap seseorang yang mengalami kekerasan seksual.
4. Self-harm
Seseorang yang mengalami kekerasaan seksual sangat mungkin memiliki keinginan melukai diri sendiri. Mereka biasanya melakukan ini secara sembunyi-sembunyi.
5. Disosiasi
Disosiasi merupakan salah satu dari mekanisme pertahanan yang digunakan otak untuk mengatasi trauma kekerasan seksual. Saat seseorang mengalami ini, mereka seperti terlepas dari realitas.
6. Gangguan Makan
Kekerasan seksual dapat mempengaruhi penyitasnya dalam berbagai cara, salah satunya dengan persepsi tubuh dan otonomi pengendalian diri.
7. Kehamilan
Ketika seseorang mengalami kekerasaan seksual sangat mungkin mengalami ketakutan akan kehamilan. Tak sedikit dari kasus kekerasaan seksual, korbannya mengalami kehamilan.
8. Gangguan Tidur
Gejala gangguan tidur dapat mencakup kesulitan tidur atau selalu ingin tidur. Bisa juga korban tidur di waktu tak biasa.











































