Mayong Duga Maura Stres Sebelum Meninggal, Ini Kaitannya dengan Jantung

Mayong Duga Maura Stres Sebelum Meninggal, Ini Kaitannya dengan Jantung

Vidya Pinandhita - detikHealth
Selasa, 25 Jan 2022 18:29 WIB
Mayong Duga Maura Stres Sebelum Meninggal, Ini Kaitannya dengan Jantung
Foto: dok. Instagram
Jakarta -

Putri Nurul Arifin, Maura Magnalia, meninggal dunia di usia 27 tahun akibat henti jantung. Suami dari Nurul, Mayong Suryo, menjelaskan mendiang putrinya kemungkinan sedang dalam keadaan stres dan kurang tidur sebelum meninggal dunia.

"Mungkin karena kondisinya lagi drop dia tidak tidur, dia lagi ngurusin wisudanya bulan depan dia akan wisuda dari Sydney University baru selesai S2. Wisudanya masih belum tahu boleh atau tidak pergi ke Australia karena masih lockdown kan," ujar Mayong, Selasa (25/1/2022).

"Dia juga melamar kerja, mungkin karena stres beberapa hari tidak tidur dan ya begitulah ternyata ada beberapa hal yang tidak bisa dideteksi," sambungnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dihubungi secara terpisah, spesialis jantung dari Siloam Hospital, dr Vito A Damay, SpJP(K) menjelaskan penyebab henti jantung tidak bisa diketahui secara pasti tanpa pemeriksaan forensik atau autopsi, sehingga semua hanya berupa perkiraan.

Namun yang sudah umum diketahui, henti jantung pada usia di bawah 35 tahun umumnya disebabkan gangguan struktur jantung seperti kardiomiopati atau aritmia jantung.

ADVERTISEMENT

"Aritmia jantung usia muda, seringkali memicu henti jantung. Tidak hanya ketika sedang aktivitas, tidak jarang terjadi justru ketika sedang tidur," terang dr Vito pada detikcom, Selasa (25/1).

"Penyakit kardiomiopati atau kelainan otot dan fungsi jantung juga bisa menjadi dasar penyakit yang menyebabkan henti jantung mendadak di usia muda," sambungnya.

Henti jantung bisa dipicu stres? Selengkapnya di halaman berikut.

Dalam penjelasan lainnya, dr Vito memberi paparan terkait hubungan stres dan rasa sedih mendalam dengan risiko kardiomiopati. Kondisi tersebut dinamai 'Broken Heart Syndrome' atau 'Kardiomiopati Takotsubo'.

"Biasanya orang yang punya kelemahan otot jantung karena broken heart syndrome dapat diketahui dengan pemeriksaan USG jantung atau ekokardiografi," terang dr Vito dalam akun YouTubenya (DRV CHANNEL), dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan.

"Di itu bisa dilihat gambarnya seperti balon, terutama di bagian ujungnya bahwa ini terjadi bagian tertentu dari jantung nya tidak bisa memompa dengan sempurna kembali. Makanya rasanya memang seperti sesak napas seperti orang habis serangan jantung," sambungnya.

Menyikapi adanya risiko kardiomiopati tersebut, dr Vito berpesan pada masyarakat untuk mau turun tangan menghibur orang yang sedang stres berat atau sedih mendalam.

"Kalau kita menemukan orang yang sedih mendalam, makanya jangan terlalu baper. Artinya, kita tahu bahwa ada batasnya dan tentu ini pasti kesedihan akan berlalu. Sebagai orang yang menemukan hal semacam itu tentunya kita harus menghibur," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Tingginya Angka Kematian Penyakit Jantung Rematik, Kalahkan Malaria"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)

Berita Terkait