"Belum ada bukti varian BA.2 menyebabkan lebih banyak orang jatuh sakit, tapi pastinya lebih menular," kata Magnus seperti dikutip dari Reuters, Kamis (27/1/2022).
Penelitian awal oleh Statens Serum Institut (SSI) memprediksi subvarian Omicron BA.2 bisa jadi 1,5 kali lebih mudah menular daripada varian Omicron BA.1. Hal ini kemungkinan akan berdampak pada masa puncak gelombang kasus COVID-19 jadi lebih panjang.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris juga telah menempatkan Omicron BA.2 sebagai varian yang diawasi karena punya potensi untuk berkembang.
Denmark sendiri dilaporkan berencana menyudahi kebijakan pembatasan pada 1 Februari 2022, meski saat ini masih menghadapi kasus harian COVID-19 yang tinggi.
Simak Video 'Denmark Klaim Telah 'Lulus Ujian' dari Covid-19':
(fds/up)