Hari Kanker Sedunia atau World Cancer Day diperingati setiap tanggal 4 Februari. Perayaan ini merupakan wujud perhatian kepada masyarakat agar lebih sadar terhadap penyakit yang mengancam jiwa ini.
Diketahui, kanker merupakan salah satu masalah kesehatan tertinggi di dunia maupun di Indonesia. Sekitar 10 juta orang meninggal akibat kanker setiap tahunnya dan bahkan, 70 persen angka kematian akibat kanker terjadi pada negara berkembang atau low middle income countries (LMICs), salah satunya Indonesia.
Tak hanya itu saja, Menurut data International Agency for Research on Cancer (IARC), pada tahun 2040, diperkirakan akan ada sekitar 29,5 juta kasus baru dan 16,3 juta kematian akibat penyakit kanker di dunia. Itu mengapa setiap tanggal 4 Februari selalu diperingati sebagai hari kanker sedunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dilihat dari grafiknya per tahun, mulai dari 2008 sampai perkiraan tahun 2040 memang terus meningkat, baik kasus barunya maupun kasus kematiannya," tutur dr Elvieda Sariwati, M.Epid, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), pada Temu Media dalam rangka Hari Kanker Sedunia tahun 2022 dengan tema Close The Care Gap, Rabu (02/02/2022).
Hari Kanker Sedunia
Nah, penasaran tentang fakta-fakta Hari Kanker Sedunia 2022? Dikutip dari berbagai sumber, berikut informasi yang telah detikcom rangkum.
1. Hari Kanker Sedunia Pertama Kali Diinisiasi oleh UICC
Sejarah peringatan Hari Kanker Dunia pertama kali dibentuk pada tahun 2000 dan diinisiasi oleh Union for International Cancer Control (UICC). UICC merupakan organisasi kanker internasional terbesar dan tertua yang berdedikasi untuk memimpin di dalam pertemuan, pengembangan kapasitas, dan inisiatif advokasi yang menyatukan komunitas kanker.
2. Tema Perayaan Hari Kanker Sedunia 2022
Hari Kanker Sedunia diperingati pada tanggal 4 Februari di setiap tahunnya. Dikutip dari laman resmi World Cancer Day, kampanye Hari Kanker Sedunia 2022 mengusung tema "Close the Care Gap" yang artinya "Hentikan Kesenjangan Perawatan".
Dengan perayaan ini, diharapkan tidak ada lagi kesenjangan pelayanan kesehatan di masyarakat terkait masalah kanker, terutama di Indonesia. Sebab, masih ada masyarakat yang meninggal dunia akibat menunggu jadwal terapi pengobatan karena masih minimnya pelayanan radiologi.
"Di Indonesia timur, layanan radioterapi hanya ada di Surabaya. Ini menyebabkan antrian yang lama bagi pasien, bisa sampai satu sampai dua tahun dan efeknya banyak pasien terlambat ditangani hingga akhirnya meninggal dunia," ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Dr dr Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS.
3. Jenis Kanker yang Paling Banyak Diidap di Indonesia
Berdasarkan data GLOBOCAN 2020, kasus kanker yang paling tinggi di Indonesia adalah kanker payudara dan leher rahim. Sedangkan pada anak paling banyak mengalami kanker leukemia (kerap ditulis leukimia).
"Kanker di Indonesia paling banyak penderita kanker itu pada kanker payudara dan leher rahim. Kanker payudara tercatat tahun 2020, ada 65.800-an. Kemudian kanker leher rahim ada 34.700-an," kata Dr dr Maxi.
4. Faktor Penyakit Kanker
Selain faktor genetik, masih ada lagi faktor yang bisa memicu risiko kanker. Bahkan, pola hidup yang buruk juga bisa memicu kanker loh. Dikutip dari Cancer Net, berikut informasinya:
- Faktor usia
- Faktor genetik
- Merokok
- Obesitas
- Mengkonsumsi alkohol secara berlebih
- Terinfeksi virus seperti human papillomavirus (HPV)
- Terpapar bahan kimia tertentu seperti karsinogen
- Paparan radiasi, termasuk ultraviolet dari matahari
Lantaran di Indonesia paling tinggi adalah kasus kanker payudara dan kanker rahim, dr Elvieda pun mengungkapkan faktor pemicunya.
Menurutnya, kanker payudara bisa disebabkan oleh faktor genetik, hormonal atau terlalu cepat mendapatkan haid pertama, melahirkan anak pertama di usia tua, tidak menyusui, menggunakan kontrasepsi hormonal, rokok (perokok aktif maupun pasif), konsumsi makanan berlemak dan alkohol yang berlebih, dan stres.
"Penyebab kanker itu memang bermacam-macam ya. Salah satunya adalah faktor genetik, ini sangat berpengaruh. Namun ada juga faktor lain misalnya untuk kanker payudara, faktor risikonya itu adalah haid pertama (hormonal). Dari sisi hormonnya, itu bisa dilihat juga dari kapan pertama mendapat haid. Jadi mungkin haidnya lebih muda, di usia 12 tahun sudah haid. Kemudian tidak menikah, mungkin menikah tapi tidak punya anak. Kemudian melahirkan anak pada usia yang sudah agak tua (umurnya) misalnya usianya 30 tahun. Kemudian tidak menyusui, makanya kita sangat menganjurkan kalau melahirkan itu untuk menyusui karena berguna untuk mengurangi risiko kanker payudara," ucap dr Elvieda saat ditanya oleh detikcom.
"Kemudian menggunakan kontrasepsi yang hormonal. Kemudian rokok juga sangat berpengaruh, baik itu perokok aktif maupun pasif. Kemudian mengkonsumsi lemak atau meminum alkohol yang secara berlebihan. Dan juga satu lagi bisa disebabkan oleh stres, itu bisa jadi pemicu terjadinya kanker payudara. Nah itu jadi beberapa faktor risiko yang diduga dapat menyebabkan kanker payudara," lanjutnya.
5. Gejala Penyakit Kanker
Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kanker umumnya berbeda-beda tergantung pada bagian tubuh mana yang terkena. Dikutip dari Mayo Clinic, berikut gejala umum kanker yang kerap dialami:
- Kelelahan
- Benjolan atau area penebalan yang dapat dirasakan di bawah kulit
- Perubahan berat badan, termasuk kehilangan atau penambahan yang tidak diinginkan
- Perubahan kulit, seperti menguning, menggelap atau kemerahan pada kulit, luka yang tidak kunjung sembuh, atau perubahan pada tahi lalat yang ada
- Perubahan volume buang air besar atau kecil
- Batuk terus-menerus atau kesulitan bernapas
- Kesulitan menelan
- Suara serak
- Gangguan pencernaan atau ketidaknyamanan yang terus-menerus setelah makan
- Nyeri otot atau sendi yang persisten
- Demam atau keringat malam yang terus-menerus tanpa sebab yang jelas
- Pendarahan atau memar yang tidak dapat dijelaskan
6 Pencegahan dan Penanggulangan Kanker
Setidaknya 43 persen kematian akibat kanker dapat dicegah apabila kita menghindari faktor risiko dan deteksi dini secara berkala. Dikutip dari Mayo Clinic, berikut pencegahan yang bisa dilakukan:
- Berhenti merokok
- Hindari paparan radiasi
- Makan makanan yang bergizi
- Melakukan olahraga setiap hari sedikitnya 30 menit/hari
- Mempertahankan berat badan yang sehat, tidak kurang atau kelebihan
- Hindari mengkonsumsi alkohol
- Rutin melakukan skrining kanker
- Tanyakan kepada dokter tentang imunisasi untuk terhindar dari virus HPV
dr Elvieda juga menyampaikan empat pilar strategi penanggulangan kanker yang dilakukan di Indonesia, yaitu:
1. Promosi Kesehatan
Kegiatan yang dilakukan seperti kampanye kenali kanker, faktor risiko kanker, deteksi dini kanker. Sasarannya adalah orang-orang sehat dengan tujuan mencegah orang menjadi sakit.
"Peringatan Hari Kanker Sedunia merupakan salah satu kampanye kita dan upaya kita untuk mempromosikan kesehatan," ucap dr Elvieda.
2. Perlindungan Khusus
Kegiatan yang dilakukan adalah imunisasi HPV bagi bayi dan murid kelas 5 dan 6. Tujuannya untuk mencegah infeksi agen karsinogen.
3. Deteksi Dini
Tujuannya untuk menemukan faktor risiko dan kanker secara dini. Sasarannya adalah orang yang berisiko. Kegiatan yang dilakukan yaitu Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) untuk kanker leher rahim dan Periksa Payudara Klinis (SADANIS) untuk kanker payudara bagi perempuan usia 30-50 tahun minimal 3 tahun sekali.
4. Tata Laksana Khusus
Kegiatan yang dilakukan seperti krioterapi, radioterapi, dan paliatif. Ini dilakukan kepada orang-orang yang sudah mengalami kanker. Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan remisi.
Dengan adanya penanggulangan dan Hari Kanker Sedunia ini diharapkan tidak ada lagi kesenjangan pelayanan kesehatan di masyarakat terkait masalah kanker, meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya tahu penyakit kanker, mengurangi ketidaktahuan ataupun ketakutan masyarakat untuk memeriksa sejak dini.
"Mari kami mohon seluruh komponen masyarakat untuk menyebarluaskan informasi secara positif, meningkatkan awareness kepada masyarakat, mengurangi gap atau atau ketidaktahuan ataupun ketakutan maupun keengganan masyarakat dalam rangka pencegahan sampai pengendalian kanker ini. Sehingga gap yang tadinya lebar bisa kita perkecil," ucap dr elvieda.
Selamat Hari Kanker Sedunia!
(suc/up)











































