"Data yang penambahannya ya per 24 Januari itu 676 peningkatan yang kasus (pasien COVID-19 anak) terkonfirmasi. Per 31 januari meningkat menjadi 2.775 yang kasus konfirmasi. Per 7 Februari kemarin meningkat menjadi 7.990 ya artinya naiknya 300 persen laporan dari teman-teman di cabang," ujar Ketua Umum IDAI Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dalam konferensi pers virtual, Rabu (9/2/2022).
"Kenaikannya naik menjadi 300 persen dari sebelumnya, ya ini pasien anak. Kalau dibanding Januari 676 menjadi 7.990 berarti udah 1.000 persen lebih ya, 10 kali lipat lebih kalau dari Januari, " imbuhnya.
Waspada komorbid obesitas
dr Piprim menjelaskan, sebagian besar pasien COVID-19 anak dengan varian Omicron memang mengalami gejala relatif ringan mirip flu biasa, seperti batuk-pilek dan sakit tenggorokan. Namun sama seperti kelompok dewasa, anak-anak yang memiliki penyakit komorbid berisiko mengalami perburukan gejala.
Salah satu kasus komorbiditas yang banyak ditemukan pada anak-anak semasa pandemi COVID-19 adalah obesitas. Padahal, dr Piprim menegaskan, obesitas adalah salah satu penyakit komorbid yang berisiko menimbulkan perburukan gejala pada pasien COVID-19 anak-anak.
"Cegah anak menjadi pengidap komorbid akibat gaya hidup yang salah. Banyak sekali laporan anak-anak yang menjadi obesitas pada saat pandemi, padahal obesitas adalah komorbid yang penting, yang bisa membuat penyakit COVID menjadi fatal," terang dr Piprim.
"Karena saking sayangnya dengan anak, anaknya sedang sekolah PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) diberi snack, makan tanpa henti. Akibatnya berat badannya naik 10-20 kilo. Anak yang tadinya sehat-sehat, kemudian menjadi pengidap komorbid karena perlakuan salah dari orangtua," pungkasnya.
Punya pertanyaan seputar pengalaman menghadapi Omicron maupun COVID-19? Kirim pertanyaan ke redaksi@detikhealth.com dengan subjek "Konsultasi Pembaca". Pertanyaan terpilih akan dijawab oleh pakar yang kompeten.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(vyp/up)