'Biang Kerok' Hong Kong Diamuk Omicron hingga Banyak Pasien Dirawat di Parkiran

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Senin, 21 Feb 2022 16:30 WIB
Hong Kong COVID-19. (Foto: AP Photo/Vincent Yu)
Jakarta -

Hong Kong sempat menjadi negara terbaik mengatasi pandemi COVID-19 lantaran menerapkan pembatasan ketat hingga nol kasus Corona. Namun, para ahli melihat strategi itu kini malah membawa malapetaka ketika varian Omicron menyerang Hong Kong, negara dengan sekitar 7,4 juta penduduk.

Banyak pasien COVID-19 terpaksa dirawat di tempat parkir yang dingin dan basah, lantaran sejumlah fasilitas kesehatan sudah penuh. Pasien membanjiri ruangan isolasi, hingga ribuan antrian berjam-jam juga dilaporkan di luar tempat tes COVID-19.

"Seperti sistem kekebalan yang bereaksi berlebihan dan merugikan orang yang seharusnya dilindungi, kebijakan 'nol COVID-19' di Hong Kong telah berkontribusi pada kesengsaraan saat ini," kata para ahli, dikutip dari Straits Times.

Lonjakan kasus COVID-19 harian Hong Kong meningkat 60 kali lipat dalam sebulan terakhir. Pihak berwenang Hong Kong menutup perbatasan dan merawat pasien COVID-19 bahkan mereka yang terpapar tanpa gejala, juga mengisolasi kontak erat pasien COVID-19.

Seseorang yang menunjukkan sedikit gejala COVID-19 atau tanpa gejala dapat menghabiskan waktu berminggu-minggu di rumah sakit, kemudian pindah ke fasilitas isolasi selama beberapa minggu lagi, sebelum akhirnya diizinkan untuk kembali ke kehidupan normal.

'Biang kerok' amukan Omicron

Pemerintah segera mengubah kebijakan pemberantasan strategi nol kasus COVID-19, sambil pihak berwenang terus berupaya untuk menekan kasus. Namun, tetap saja, toleransi nol kasus COVID-19 tetap ada untuk beberapa waktu, demikian prediksi ahli epidemiologi.

Termasuk banyak dari mereka belum divaksinasi lengkap karena aktivitas terbatas imbas strategi nol kasus COVID-19.

"Eliminasi kasus awalnya strategi terbaik untuk Hong Kong tetapi tidak lagi tepat," kata Dr David Owens, mitra pendiri klinik OT&P.

"Begitu vaksinasi yang efektif tersedia, kebijakan seputar strategi nol COVID-19 malah berdampak buruk pada tingkat vaksinasi, terutama di kelompok rentan," katanya, menyoroti banyak warga tidak nyaman beraktivitas dengan strategi nol kasus COVID-19.

Lebih dari 60 persen penduduk yang berusia di atas 80 tahun belum divaksinasi, sekitar 85 persen dari seluruh populasi baru mendapatkan setidaknya satu kali vaksinasi.

"Zero COVID-19 tidak bisa bertahan selamanya," kata profesor mikrobiologi Universitas Nasional Australia Peter Collignon, menegaskan hal ini bisa berdampak pada alokasi dan prioritas sumber daya yang buruk.



Simak Video "Video: Kenalan dengan 'Scaffolder' Perempuan Tuli Satu-satunya di Hong Kong"

(naf/up)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork