Para pakar menyebut Omicron memicu gejala yang lebih ringan dibanding varian lain sebelumnya. Namun ada juga penyintas dua kali COVID-19 yang merasakan sebaliknya.
Rahma (26) salah satunya. Wanita asal Medan ini terinfeksi untuk kedua kalinya pada awal Januari 2022 ketika varian Omicron mulai mendominasi COVID-19. Jika pada infeksi sebelumnya ia tidak bergejala, kali ini justru mengalami lebih banyak keluhan.
"Gejalanya berupa flu dan demam," katanya saat dihubungi detikcom.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahma pertama kali terinfeksi pada Agustus 2021, ketika terjadi lonjakan varian Delta di Indonesia. Ketika itu, ia justru tidak mengalami gejala alias asimptomatis.
Tentu saja tidak semua merasakan hal yang sama. SS asal bali juga mengaku mengalami batuk-pilek saat terinfeksi COVID-19 baru-baru ini. Meski ada keluhan, ia merasa infeksi kali ini jauh lebih ringan dibandingkan pengalaman pertamanya pada saat varian Delta sedang mendominasi.
Ketika itu, ia sampai harus dirawat di rumah sakit selama 10 hari. Itupun masih harus dilanjutkan dengan recovery di rumah hingga 7 hari.
"Karena ada radang paru itu, jantung juga jadi berdebar. Heart rate nya di atas 120 dan saturasi juga sempet drop di 86," tuturnya.
Sementara itu, dr Erlina Burhan, SpP(K) menyebut flu dan batuk-pilek merupakan gejala yang khas pada Omicron jika dibandingkan varian lain sebelumnya. Hal ini dikarenakan Omicron lebih banyak menyerang saluran napas atas.
"Memang dikatakan gejala omicron lebih ringan dibandingkan dengan delta. Dan pada kondisi tersebut mirip dengan flu. Jadi gak sama juga dengan flu, tapi mirip," jelas dr Erlina.
Meski disebut lebih ringan dibanding Delta, risiko penularan Omicron tetap tidak boleh diabaikan. Pada kondisi tertentu seperti komorbid, infeksi Omicron tetap bisa memicu dampak fatal, terlebih jika belum mendapat vaksinasi lengkap.
Simak Video "Omicron Identik dengan Batuk Kering dan Kelelahan"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)











































