Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan telah memverifikasi sekitar 64 serangan terhadap fasilitas perawatan kesehatan di Ukraina sejak invasi Rusia pada bulan lalu. Disebutkan, serangan yang terjadi pada 24 Februari hingga 21 Maret, dengan rata-rata 2-3 kasus setiap harinya, telah menewaskan setidaknya 15 orang.
"Serangan terhadap perawatan kesehatan adalah pelanggaran hukum humaniter internasional. Tetapi taktik perang yang merugikan menghancurkan infrastruktur penting lebih buruk lagi, mereka menghancurkan harapan," kata dr Jarno Habicht, perwakilan WHO di Ukraina, dikutip dari Aljazeera, Kamis (24/3/2022).
"Mereka merampas perawatan orang-orang yang sudah rentan, yang seringkali berada di antara hidup dan mati. Perawatan kesehatan bukan dan tidak boleh menjadi target," lanjutnya.
Dipaparkan, hampir sebanyak empat juta orang terpaksa meninggalkan Ukraina. Sejumlah kota termasuk Kharkiv, Kyiv, dan Mariupol mengalami pemboman udara secara intens. Orang-orang dipaksa masuk ke tempat perlindungan bawah tanah demi keselamatan.
Perang selama empat pekan ini juga memaksa Ukraina untuk menggunakan rumah sakit untuk merawat warga yang terluka. Ini membuat penyediaan layanan medis dasar terganggu. WHO mencatat hampir 1.000 fasilitas kesehatan berada dekat dengan daerah kependudukan.
"Konsekuensi dari itu dengan kondisi terbatas atau tidak ada akses ke obat-obatan (serta) fasilitas dan profesional kesehatan, berarti pengobatan kondisi kronis hampir berhenti," ujar WHO dalam pernyataannya.
Sekitar setengah dari apotek di Ukraina diperkirakan tutup, imbas banyak petugas kesehatan terlantar akibat pertempuran dan tidak bisa bekerja.
Perihal vaksinasi COVID-19, sebelum invasi, cakupan vaksinasi COVID-19 di Ukraina bisa mencapai 50.000 dalam sehari. Namun pada 24 Februari hingga 15 Maret, WHO hanya mencatat 175.000 orang divaksinasi COVID-19.
(vyp/fds)