Setelah dua tahun, pemerintah Singapura melonggarkan aturan pandemi COVID-19. Sejak kemarin, Selasa (29/3/2022), warga boleh bepergian tanpa memakai masker baik di dalam atau luar ruangan.
Bagi warga yang sudah dua tahun lebih memakai masker di segala situasi, aturan tersebut seperti tak nyata. Mereka senang namun tetap merasa aneh karena memakai masker sudah seperti aktivitas yang melekat pada keseharian mereka.
"Wajahku akhirnya bisa terkena sepoi-sepoi angin," kata seorang warga Singapura, Sam Lee, kepada CNA.
Mengamati bahwa kebanyakan orang yang mereka lihat berjalan di sepanjang Orchard Road masih mengenakan masker, warga lainnya Winnie Fok, mengatakan bahwa sebagian besar penduduk Singapura tampaknya masih "cukup berhati-hati".
Meski demikian, tidak lagi harus memakai masker menurutnya 'sangat membebaskan' dan 'terasa tidak nyata'.
Diwawancara terpisah, profesor sosiologi Paulin Tay Straughan dari Universitas Manajemen Singapura menegaskan akan ada dua kelompok di balik pelonggaran pembatasan COVID-19, yakni mereka yang tetap berhati-hati dan mereka yang tak sabar bebas masker sehingga akhirnya dapat melanjutkan ke tahap berikutnya setelah pandemi.
"(Karena semua pembatasan selama dua tahun terakhir,) ada perasaan gelisah tertentu ... orang lelah, jadi keinginan untuk mengatakan kita keluar dari hutan mungkin jauh lebih kuat daripada yang saya perkirakan," kata Prof Straughan.
Simak Video "99% Warga RI Kebal Covid-19, Kemenkes: Kuncinya Kelengkapan Vaksin"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/up)