Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan temuan varian baru COVID-19 yang disebut varian 'XE'. Varian 'XE' ini merupakan rekombinan dari subvarian Omicron BA.1 dan BA.2.
Diketahui, varian 'XE' memiliki strain yang lebih kuat dari varian-varian Corona sebelumnya. Dikutip dari The New Straits Times, dalam Weekly Epidemiological Update COVID-19, WHO menyebut varian ini 10 persen lebih menular dibandingkan subvarian Omicron BA.2.
"Perkiraan awal menunjukkan varian baru ini 10 persen lebih menular dibandingkan BA.2. Namun bagaimana pun, temuan ini masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut," beber WHO dalam laporannya yang dikutip dari The New Straits Times, Selasa (5/4/2022).
"WHO akan terus memantau dan menilai dengan cermat risiko kesehatan masyarakat yang terkait dengan varian rekombinan ini dan akan memberikan pembaruan saat bukti lebih lanjut tersedia," tulis laporan itu.
Sejauh ini, sudah ada dua negara yang melaporkan temuan kasus XE. Berikut penjelasannya:
Inggris
Menurut Badan Kesehatan Inggris, varian 'XE' pertama kali terdeteksi pada 19 Januari 2022, dengan 637 kasus yang terinfeksi varian tersebut. Di samping itu, menurut survei terbaru dari Kantor Statistik Nasional, Inggris mencatat sekitar 4,9 juta kasus COVID-19 dalam pekan terakhir berakhir pada 26 Maret, atau 600 ribu lebih banyak dibanding pekan sebelumnya.
"Varian tersebut merupakan campuran genetik yang terbentuk selama masa replikasi dan membentuk varian baru," ungkap para pakar dalam British Medical Journal.
Thailand
Varian 'XE' juga telah teridentifikasi di salah satu negara tetangga Indonesia, yaitu Thailand. Pemerintah setempat melaporkan kasus pertamanya pada Sabtu (2/4/2022) lalu.
Kasus pertama varian 'XE' itu diungkapkan langsung oleh Ketua Komisi Kesehatan Masyarakat Chalermachai Boonyaleephan, dari hasil laporan Pusat Genomik Medis Rumah Sakit Ramathibodi. Pasien Omicron 'XE' dilaporkan hanya mengalami gejala ringan dan kondisinya terus membaik.
Meski begitu, Chalermachai memperkirakan varian 'XE' itu akan menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru Thailand. Pihaknya terus memantau tingkat keparahan, resistensinya terhadap vaksin, dan terus melihat apakah varian ini bisa menggantikan subvarian Omicron BA.2 sebagai strain yang dominan di negara tersebut.
"Jika virus ini menyebar lebih cepat dari BA.2, kasus COVID-19 di Thailand pada gelombang keempat akan memakan waktu lebih lama untuk mencapai puncak kasus," ungkap Chalermchai dikutip dari Inquirer, Senin (4/4/2022.
Apakah Sudah Terdeteksi di Indonesia?
Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengkonfirmasi sampai saat ini varian 'XE' belum ditemukan di Indonesia. Ia juga belum menjelaskan apakah varian ini akan menjadi ancaman baru di tengah kasus COVID-19 yang mulai terkendali ini.
"Sampai saat ini belum ditemukan ya," jelas dia melalui pesan singkat kepada detikcom Selasa (5/4/2022).
Simak Video "Video: Waduh! Varian Covid-19 'Stratus' Mendominasi RI, Apakah Berbahaya?"
(sao/fds)