Kanker Payudara & Serviks Paling Banyak di RI, Bagaimana Mencegahnya?

Kanker Payudara & Serviks Paling Banyak di RI, Bagaimana Mencegahnya?

Angga Laraspati - detikHealth
Jumat, 22 Apr 2022 22:01 WIB
Kanker Payudara & Serviks Paling Banyak di RI, Bagaimana Mencegahnya?
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Kanker masih menjadi salah satu penyakit mematikan yang menyerang secara diam-diam atau 'silent killer'. Menurut WHO, kanker di dunia maupun Indonesia menjadi salah satu penyakit yang mematikan di bawah penyakit jantung.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI) Prof. Dr. dr. Soehartati Gondhowiardjo, Sp.Onk.Rad memaparkan data dari WHO juga mengungkapkan kanker di dunia yang tertinggi adalah payudara yang kedua adalah paru.

Sedangkan untuk penyakit kanker terbanyak di Indonesia yang pertama adalah payudara dengan 65.858 kasus. Kedua yaitu kanker mulut rahim atau serviks dengan 36.633 kasus yang keduanya banyak terdapat pada wanita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahkan di dunia dikatakan setiap 2 detik akan terjadi kasus baru kanker dan setiap 1 detik akan terjadi kematian karena kanker. Dan 70% terjadi di negara berkembang," kata dr. Tati dalam webinar AXA Mandiri bertema 'Kartini Tangguh: Peduli Saat Ini, Tenang Saat Nanti', Kamis (21/4/2022).

dr. Tati pun memaparkan penyakit kanker payudara dan juga kanker serviks disebabkan oleh faktor risiko yang mendekatkan seseorang terkena kanker. Faktor tersebut dibagi 2 menjadi faktor yang tidak dapat diubah seperti usia dan seks. Ada juga faktor yang bisa diubah seperti pola makan dan kebersihan.

ADVERTISEMENT

Jadi, lanjut dr. Tati, yang terpenting adalah bagaimana seseorang bisa hidup sehat dan bersih. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah menghindari rokok, alkohol, kemudian menjaga berat badan seimbang dan juga pola pikir.

"Studi besar di dunia mengatakan hanya dengan pola hidup sehat, kita bisa menghindarkan 30% hingga 50% kejadian kanker," ungkapnya.

dr. Tati juga mengatakan di Indonesia, kejadian kanker pada wanita 1 setengah kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang disebabkan beberapa faktor risiko yang tak bisa dicegah, seperti haid pada usia dini, menopause pada usia lanjut, ada riwayat di keluarga, hingga penyakit yang menyebabkan kemudahan terjadinya kanker.

Lebih lanjut, dr. Tati mengatakan upaya pertama untuk mencegah penyakit kanker adalah dengan menghindari faktor risiko. Kedua adalah tergantung dengan jenis kankernya, seperti pada kanker payudara yaitu dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri yang bisa dilakukan setiap bulan.

"Kalau ada benjolan jangan takut, karena 80% dari benjolan tidak ganas. Jadi jangan langsung berpikir kalau ada benjolan itu langsung ganas dan itu harus dilakukan (mamografi). Dan pada usia tertentu maka harus dilakukan pemeriksaan rutin mamografi," tuturnya.

dr. Tati menjelaskan untuk perempuan yang memiliki faktor risiko harus lebih dini melakukan mamografi rutin sejak usia 45 tahun. Namun apabila tidak memiliki faktor risiko bisa dimulai pada usia 50 tahun dan harus rutin dilakukan.

Lalu untuk pencegahan kanker serviks yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Test atau Pap Smear. Kedua tes ini dinilai bisa dilakukan rutin setahun sekali untuk mendeteksi sejak dini kankers mulut rahim atau serviks.

Baca Selanjutnya >>>

"Kalau kanker ditemukan di stadium dini, itu dapat disembuhkan. Jadi kadang-kadang orang sudah takut kanker, bukan langsung berobat tapi muter-muter dulu. Maka itu bisa menjadi beban yang lebih besar," jelas dr. Tati.

dr. Tati menambahkan untuk pengobatan kanker dibutuhkan support dari keluarga, pasangan, hingga supportif grup yang sama-sama berjuang dengan kanker. dr. Tati juga mengatakan perihal biaya, semakin rendah stadium suatu kanker maka semakin rendah biaya yang harus dikeluarkan.

Sementara itu, public figure yang juga penyintas kanker Feby Febiola menceritakan pengalamannya ketika harus berjuang menyembuhkan kanker yang ia derita. Menurut Feby, diperlukan biaya yang cukup banyak.

"Untuk operasinya itu, saya inget banget agak mengagetkan jumlahnya. Tapi puji Tuhan saya kemoterapi sebagian dicover oleh BPJS tapi tidak semuanya, karena saya masih dalam tahap early stage," urai Feby.

Feby juga mengakui pada zaman saat ini dibutuhkan asuransi agar hidup lebih tenang baik itu dari penyakit dan juga masalah lainnya. Ia pun mengatakan bila seseorang terkena penyakit berat, biaya yang dikeluarkan akan sangat mahal.

"Kita nggak akan pernah sangka kalau terkena penyakit berat itu akan sangat mahal biayanya dan betul banget bahwa kita sakit, otomatis kita tidak bisa mencari uang. Waktu kita akan fokus pada pengobatan kita, apalagi kanker kan harus kemoterapi, di mana kalau kemoterapi itu badan pastinya lemes banget," katanya

"Dengan kita punya asuransi otomatis kita akan lebih fokus pada pengobatan kita, kita akan lebih tenang karena tak harus mikirin keuangan," sambungnya.

Ilustrasi kanker payudaraFoto: Tangkapan Layar

Di sisi lain, Direktur AXA Mandiri, Rudi Nugraha memaparkan berbagai manfaat asuransi. Ia mengambil contoh asuransi kesehatan dari AXA Mandiri yang memiliki manfaat seperti medical check up, hingga santunan ketika nasabah terkena penyakit kritis.

Menurut Joshua, sapaan akrabnya, semua risiko-risiko hidup sudah dipikirkan oleh asuransi, sehingga ketika siapa pun terkena risiko tersebut sudah bisa dibantu dengan adanya asuransi. Jadi, Joshua menilai memiliki asuransi adalah sangat mutlak.

"Sayangnya, kita di Indonesia itu masih sangat kecil sekali, menurut survei OJK, BPS dan Statistika masih sekitar 1,4% dari penghasilan per tahun yang disisihkan untuk asuransi jiwa. Idealnya, kami menyarankan minimal itu 10% dari penghasilan setahun disisihkan untuk asuransi, mulai dari asuransi kesehatan dan asuransi jiwa untuk berjaga-jaga supaya bila terjadi risiko tersebut kita tetap aman," tutur Joshua.

Berkat asuransi, lanjut Joshua, ketika seseorang mempunyai plan jangka panjang bagi dirinya dan juga keluarga akan lebih aman dan nyaman. Sebab, ketika risiko-risiko tersebut datang sudah ada back up plan dengan adanya asuransi.

Sebagai informasi, webinar yang diselenggarakan oleh AXA Mandiri dan detikcom ini memberikan informasi penting seputar kesehatan, khususnya mengenai penyakit kritis, webinar ini juga menghadirkan hadiah total jutaan rupiah, mulai dari penanya terbaik dan audiens yang berhasil menjawab pertanyaan dari host selama acara berlangsung, pemenang untuk busana terbaik, hingga door prize bagi audiens yang beruntung.

Halaman 2 dari 2
(fhs/up)

Berita Terkait