Baru-baru ini heboh investigasi peneliti Australia yang mengungkap adanya varian baru virus Hendra. Disebut berpotensi mematikan dan bisa menyebar jauh lebih luas dari Australia.
Virus Hendra pertama kali ditemukan 1994 silam, bisa menular ke manusia tetapi sangat jarang terjadi. Baru ada tujuh kasus virus Hendra pada manusia di dunia.
Indonesia juga belum melaporkan temuan serupa. Namun, jejak virus Hendra sebenarnya sudah pernah dilaporkan dalam studi Balai Besar Penelitian Veteriner (BBALitvet) di bawah Litbang Pertanian per 2015 hingga 2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ahli kala itu menganalisis jejak virus Nipah dan virus Hendra pada beberapa jenis kelelawar. Di sejumlah wilayah, temuan virus Hendra lebih sedikit ketimbang virus Nipah.
Berikut temuannya berdasarkan uji serum netralisasi, antibodi virus Hendra maupun Nipah di sejumlah kelelawar adalah sebagai berikut.
Sumatera:
- Virus Nipah: 44,7 persen
- Virus Hendra: 35,7 persen
Kalimantan Barat
- Virus Nipah: 38 persen
- Virus Hendra: 22,6 persen
Sulawesi
- Virus Nipah: 17 persen
- Virus Hendra: 25 persen
Jawa Tengah-Jawa Timur
- Virus Nipah: 25 persen
- Virus Hendra: 5 persen
Jawa Barat
- Virus Nipah: 35,3 persen
- Virus Hendra: 16,7 persen
Lihat juga video 'Peneliti Ciptakan Gelang Sensor untuk Bantu Pengidap Cerebral Palsy':
Data tersebut diutarakan drh Indrawati Sendow MSc, peneliti BBLitvet dalam agenda daring tahun lalu terkait kewaspadaan virus Nipah menjadi potensi pandemi berikutnya.
"Tampak sekali antibodi terhadap Nipah jauh lebih dominan daripada antibodi untuk Hendra di beberapa wilayah," beber Indrawati.
"Pertanyaan yang muncul apakah di Indonesia ini hanya ada dua jenis atau ada virus-virus lain yang bukan sama dengan virus Nipah, tetapi juga tidak sama dengan virus Hendra, ini yang perlu sebenarnya kita teliti," sambung dia, beberapa waktu lalu.











































