Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 257 kasus terkonfirmasi cacar monyet dari 20 negara. Penyumbang kasus paling banyak berasal dari Inggris Raya yakni 106 kasus.
Tidak ada Indonesia dalam laporan kasus konfirmasi cacar monyet WHO pada 26 Mei 2022, tetapi negara tetangga seperti Australia sudah mencatat dua kasus. Mungkinkah sudah menyebar di Indonesia?
Ahli epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menilai ada potensi cacar monyet sudah masuk Indonesia. Terlebih, masa inkubasi cacar monyet berada di tiga minggu sehingga sangat mungkin lolos dari skrining di pintu masuk lantaran tidak mengeluhkan gejala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Potensi masuknya atau bahkan sudah adanya cacar monyet di Indonesia atau monkeypox tentu ada ya. Kenapa? Karena pertama bahkan dari data Eropa kasus awalnya kemungkinan terjadi sebelum April atau setidaknya awal April," ungkap Dicky kepada detikcom Selasa (31/5/2022).
"Tapi di Februari, Maret, sudah terjadi akses-akses terhadap gejala atau monkeypox," sambungnya.
Dicky juga menyebut aktivitas dan pelonggaran besar-besaran di banyak negara membuat risiko penyebaran penyakit ini kian tinggi. Meski begitu, kabar baiknya cacar monyet tidak mungkin menjadi pandemi.
"Di era globalisasi sekarang ketika ada kasus wabah, outbreak, yang terjadi di suatu negara besar kemungkinan dia akan menyebar karena, penerbangan padat, aktivitas manusia yang tinggi, ditambah lagi karakter monkeypox dengan inkubasi 3 minggu," katanya.
"Artinya ini tidak akan ter-skrining terdeteksi sampai dia ada di satu lokasi timbul gejala hingga akhirnya menurlarkan," beber dia.
NEXT: Imbauan pakar.
Ia mengimbau pemerintah tegas memberikan literasi atau komunikasi risiko terkait cacar monyet atau monkeypox. Pasalnya, penyakit ini juga bisa memicu klaster di kelompok-kelompok tertentu.
"Ditambah lagi dengan bahwa literasi tentang monkeypox ini kan jarang, karena ini endemik-nya di Afrika, data saat ini menunjukkan bahwa klaster ini terjadi pada kelompok grup yang memiliki karakter memang erat kontak fisik-nya dan aktif secara seksual,"
"Dan ini yang walaupun penyakitnya tidak semata-mata dikaitkan dengan seksual atau kelompok tertentu, tapi adanya klaster ini yang memiliki potensi sebaran itu di berbagai negara termasuk di Indonesia," kata Dicky.











































