Forum Dokter Susah Praktik Ngadu ke DPR, Ini Tanggapan IDI

Forum Dokter Susah Praktik Ngadu ke DPR, Ini Tanggapan IDI

Firdaus Anwar - detikHealth
Senin, 20 Jun 2022 17:58 WIB
Forum Dokter Susah Praktik Ngadu ke DPR, Ini Tanggapan IDI
Foto: Getty Images
Jakarta -

Dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, sekelompok dokter dari Forum Dokter Susah Praktik (FDSP) mengeluh sulitnya praktik karena aturan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Salah seorang perwakilan, dr Anthony, mengklaim butuh biaya Rp 7,5 juta hingga Rp 23 juta agar seorang dokter bisa berpraktik dan izinnya harus terus diperbarui.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum PB IDI Slamet Budiarto membantah IDI mempersulit praktik anggotanya. Ia menegaskan kewenangan izin praktik kedokteran dimiliki oleh pemerintah.

"IDI tidak pernah mempersulit anggota. Ijin praktik yang mengeluarkan adalah pemerintah bukan IDI," kata Slamet pada detikcom, Senin (20/6/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Slamet mempertanyakan klaim yang menyebut IDI mempersulit izin praktik kedokteran.

Apa itu Forum Dokter Susah Praktik?

Sebagai informasi, FDSP diperkenalkan sebagai forum yang menyuarakan keresahan dan aspirasi dokter. Koordinator FDSP, dr Yenni Tan, MARS, menyebut forum ini dibuat secara spontan, berangkat dari banyaknya dokter yang takut bersuara lantaran takut dipecat Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

ADVERTISEMENT

"Jadi ini bukan organisasi yah, kita forum spontan baru terbentuk untuk menyuarakan keresahan aspirasi dokter-dokter yang STR-nya mati tapi dipersulit, dan diaspora (dokter lulusan luar negeri/dari luar negeri) yang dipersulit buat adaptasi," ujar dr Yenni saat ditemui detikcom, Senin (20/6).

"Jadi yang diperjuangkan jangan persulit izin praktik dokter yang STR mati, dan dokter diaspora yang ke dalam negeri. Jangan ada organisasi monopolis, sudah Kemenkes atau pemerintah saja yang bikin kebijakan," pungkasnya.




(fds/up)
Sengkarut Izin Praktik Dokter
12 Konten
Forum Dokter Susah Praktik (FDSP) mengeluhkan rumitnya mengurus izin praktik. Utamanya dialami oleh dokter-dokter lulusan luar negeri dan calon spesialis.

Berita Terkait