Terkuak! Ternyata Ini Pemilik Antibodi COVID-19 Tertinggi di Indonesia

Round Up

Terkuak! Ternyata Ini Pemilik Antibodi COVID-19 Tertinggi di Indonesia

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Sabtu, 13 Agu 2022 14:04 WIB
Terkuak! Ternyata Ini Pemilik Antibodi COVID-19 Tertinggi di Indonesia
Foto: PIUS ERLANGGA
Jakarta -

Kementerian Kesehatan RI dan para peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM UI) mengatakan sebanyak 98 persen warga Indonesia telah memiliki antibodi COVID-19. Jumlah ini lebih tinggi dari tingkat antibodi pada Desember 2021 lalu yakni 87,8 persen.

Temuan ini terungkap dalam hasil serosurvey yang dilakukan Kemenkes bersama FKM UI. Ini adalah kali ketiga riset serupa dilakukan di Indonesia.

Peningkatan antibodi ini bisa terjadi karena dua faktor, yaitu vaksinasi dan infeksi alami COVID-19. Namun, ahli epidemiologi FKM UI Pandu Riono mengatakan bahwa tingginya antibodi saat ini disebabkan pemberian vaksin dosis ketiga atau booster.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terjadi perubahan, ternyata lebih dari separuh penduduk RI itu kadar antibodinya meningkat jauh di atas 1.000 u/mL. Ternyata kenaikan antibodi yang paling tertinggi pada kelompok yang dibooster," beber Pandu dalam konferensi pers virtual Serologi Survei Nasional Ketiga, Kamis (11/8/2022).

"Sudah meningkat dari 0,5 persen menjadi 20 persen, yang artinya semakin lengkap dosis vaksinasi, semakin tinggi kadar antibodinya. Dari hasil ini, jadi booster itu sangat penting," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Berikut rincian peningkatan antibodi berdasarkan dosis vaksin yang diterima:

  • Belum divaksin: 963 u/mL
  • Vaksin dosis 1: 1.582 u/mL
  • Vaksin dosis 2: 1.852 u/mL
  • Vaksin dosis 3 (booster): 4.496 u/mL

Pandu mengungkapkan antibodi tertinggi dimiliki oleh kelompok usia 60 tahun ke atas, dan mulai terlihat meningkat pada usia 18 tahun ke atas.

"Kenapa beda sekali, karena pada kelompok 18 ke atas ini sudah ada program booster sejak Januari 2022," kata dia.

"Jadi, antara Desember 2021 dan Juli 2022 terjadi peningkatan. Dan terbesar pada kelompok 60 tahun ke atas, karena waktu itu prioritas boosternya pada kelompok itu," sambungnya.

NEXT: Perlukah Vaksin Booster Kedua?

Menurut Pandu, jika nantinya antibodi warga Indonesia sudah mencukupi dengan cakupan dosis pertama yang lebih besar, bisa jadi kemungkinan booster kedua tidak lagi diperlukan.

Sebab, Pandu melihat cakupan vaksinasi booster pertama baru sekitar 20 persen dan masih jauh dari target yang diinginkan.

"Jangan kita pikirkan dulu booster yang kedua, kita tuntaskan dulu booster pertama," kata Pandu.

"Kalau kita sudah bisa menuntaskan (booster pertama), barangkali kita tidak butuh booster kedua. Kita belum tahu, tapi yang sudah jelas bahwa booster pertama itu adalah suatu keharusan kita lakukan. Kita tuntaskan, dalam arti karena data mengindikasikan kita berhasil mencapai level kadar antibodi yang cukup tinggi," jelasnya.

Pandu mengatakan pemberian booster pertama terbukti sukses menekan keparahan gejala pasien COVID-19, meski Indonesia tengah diterpa gelombang Omicron BA.4 dan BA.5. Terlihat dari tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian akibat Corona tergolong rendah.

"Terbukti kadar tinggi itu mampu menekan dari perjalanan pandemi waktu kita bukan puncak Omicron ini ada BA.4 dan BA.5, angka yang masuk rumah sakit sangat rendah, angka kematian rendah," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/up)

Berita Terkait