Viral di media sosial kisah seorang pria 'berotot' mengidap diabetes dan sempat sampai koma pada Juli lalu. Pria tersebut yakni Kurnia Bijaksana (@mkbijaksana) yang membagikan kisahnya pada Senin (15/8/2022). Lewat unggahannya, Kurnia memaparkan proses diagnosis hingga pemulihannya.
"Yes benar saya awal Juli lalu literally hampir mati. Gula darah 667, kena DBD juga, trombosit 20 ribu, darah sudah asam sampai koma, dokter sempat marah-marah ke perawat karena sudah hampir telat penanganannya," ujar Kunia mengawali unggahannya, dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan, Senin (22/8).
Kurnia menjelaskan, diabetes adalah penyakit gula darah terlalu tinggi dan tidak terkontrol. Penyakit ini seringkali memicu komplikasi dan menjadi biang kerok 'early death'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Kurnia berpikir, dirinya tak gemar makan manis dan bermalas-malasan. Sebaliknya, ia hidup aktif, sering berolahraga, tidak begitu menyukai makanan manis dan lebih suka makanan daging. Ketika minum pun, biasanya Kurnia lebih memilih air putih atau teh tawar dibanding minuman manis.
"Tapi saya akui, memang 6-12 bulan terakhir gaya hidup saya agak lalai. Makan banyak seperti biasa, tapi gym sering ke-skip. Kalau perjalanan jauh naik mobil, ngopi kopinya kopi yang beli di minimarket, isinya gula kam tuh. Karena banyak pikiran, jadi sedikit banget bergerak," ujarnya sembari memperlihatkan foto tangannya yang berotot.
"Puncaknya mungkin Juni lalu pas ke Bali. Ngurus kerjaan tapi sambil road trip. Road trip (bikin) sering ngopi kemasan yang manis. Ditambah Bali panas banget (dibanding Bandung). Haus terus tuh, sama minum manis banyak banget. Akhirnya terseranglah gula darahnya," imbuh Kurnia.
Kurnia menjelaskan, pada Juli kemarin, berat badannya tiba-tiba turun 7 kg dalam seminggu. Ia sering lemas, angkat beban di gym berkurang drastis, sembari terus-terusan haus. Suatu hari ia muntah banyak padahal tidak makan, sampai akhirnya ia diboyong ke IGD. Setelah dipeiriksa, kadar gula darahnya mencapai lebih dari 500. Setelah itu, Kurnia mengalami koma.
"Saya disuruh opname Jumat dini hari. Lalu saya nggak ingat apa-apa. Tiba-tiba sudah Selasa saja, dan dikabari bahwa istri @sarahzkhairunnisa sudah OTW dari Jepang mau ke Bandung. Sempat kepikiran lah memang sakitnya separah itu? Kok saya nggak sadar, tahu-tahu sudah Selasa lagi?" beber Kurnia.
Rupanya selama koma tersebut, Kurnia juga mengalami demam berdarah. Kadar gula sempat naik ke 667, trombosit turun ke 20 ribu, nafas sesak, gelisah hingga ia mencabut infusnya sendiri, dan mengigau layaknya anak kecil.
"Yang paling bikin khawatir keluarga, pas kontrol ke dokter sempat marah ke perawat karena 'kondisi parah begini dibiarin'. Mengigau dzikir, sampai maaf, dan manggil almarhumah ibu saya. Panik nggak? Paniklah masa nggak," ungkapnya.
Selepas opname, Kurnia merasa kondisinya membaik. Namun, ia masih lemah. Berjalan dan bergerak pun susah, rasanya seperti otot sobek. Ia kemudian diberi terapi insulin alias suntik insulin berkala. Jika gula darah stabil di kisaran 150-200, barulah dosisnya dikurangi.
Lebih lanjut, Kurnia terus menjaga makan dan memonitor kadar gula darahnya. Meski sempat depresi khawatir diabetes tak bisa sembuh, Kurnia terus memperjuangkan pemulihannya. Kini ia meyakini, solusi untuk kondisinya adalah olahraga dan gerak aktif, sembari mengurangi konsumsi gula dan karbohidrat berlebih.
"Sebenarnya salah satu kunci dari diabetes adalah otot dan gerakan. Kenapa? Gula darah harus dikonversi menjadi energi, glikogen, atau lemak biar nggak numpuk. Dengan otot yang besar, semakin banyak kapasitas glikogen. Dengan banyak gerak, maka gula darah menjadi energi terpakai," jelasnya.
Kini, Kurnia terbiasa melakukan seluruh jenis olahraga yang dipahaminya cocok untuk pengidap diabetes yakni resistance training (angkat beban), High Intensity Interval Training (HIIT) untuk memastikan otot memakan cadangan gila dan lemak, serta Low Intensity Steady State Cardio (LISS).
"Angkat beban 3 kali seminggu sama coach. HIIT 5 kali seminggu setiap habis angkat beban, 15-20 menit tendang-tendangan (samsak), kalau hari nggak angkat beban bisa 300-500 tendangan. LISS jalan30-45 menit sehari," pungkas Kurnia.
Simak Video "Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)











































