Begitu juga mereka yang terinfeksi COVID-19 dan bergejala diperbolehkan keluar dari isolasi menggunakan masker setelah 24 jam gejala COVID-19 hilang.
Menurut epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, kebijakan semacam ini menimbulkan risiko. Memang setiap kebijakan pengendalian COVID-19 setiap negara berbeda-beda, namun, menurutnya pelonggaran perlu diperhatikan risikonya.
"Jadi apa yang kita lihat di Ontario ya, Kanada ini, kebijakan orang yang Covid positif tapi tak bergejala atau asimtomatik untuk bisa pergi tapi memakai masker ini tentu berisiko," ucap Dicky dalam keterangan yang diterima detikcom, Rabu (1/9/2022).
Menurutnya, meskipun memakai masker, pasien tanpa gejala masih berpotensi besar menginfeksi orang lain.
"Apa bahayanya tidak bergejala ini berkeliaran? Sekali lagi masker ini tidak sepenuhnya mencegah, ada kelemahan, ada hole-hole di sela-sela, kecuali masker N95 yang ketat banget dan dia perginya di luar ruangan yang tidak banyak orang," jelas Dicky.
"Tapi kalau ke mal di dalam ruangan, maskernya juga bukan N95, padat lagi, ventilasi tidak terlalu baik, itu berisiko. Ingat 60 persen setidaknya penularan dari Covid karena didominasi oleh kasus asimtomatik atau tidak bergejala," sambungnya.
NEXT: Wanti-wanti pakar
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(mfn/up)