Pasangan selebritis Baim Wong dan Paula baru-baru ini dikecam warganet gegara membuat konten prank Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Dalam video berjudul 'Baim KDRT, Paula Jalani Visum. Nonton sebelum di-Takedown', pasangan tersebut melapor ke polisi berpura-pura telah terjadi tindak kekerasan.
Psikolog Klinis dari Ohana Space, Marissa Meditania, menegaskan KDRT tak seharusnya dijadikan bahan candaan. Sebab selain bisa memicu luka lebih parah pada korban KDRT sungguhan, candaan tersebut juga bisa menimbulkan kesan bahwa KDRT bukan perkara berat dan bisa menjadi hiburan. Walhasil, para pelaku KDRT menjadi berani untuk semakin melakukan kekerasan di rumah.
"Efeknya bisa para korban KDRT yang benar-benar merasakan sedihnya, sakitnya, malunya, dan melihat konten-konten seperti itu yang dibuat menjadi bahan candaan, mereka bisa jadi akhirnya nggak speak up. Karena merasa orang-orang menganggap KDRT itu biasa saja ya, akhirnya ya sudah mereka nggak speak up," terang Marissa pada detikcom, Senin (3/10/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marissa mengingatkan para pengguna media sosial untuk tidak memberikan respons positif terhadap konten prank dengan isu serupa, yang tak seharusnya dijadikan bahan candaan. Sebab semakin banyak respons positif, semakin kreator berpikir konten buatannya patut terus-menerus dibuat.
"Mungkin awalnya untuk hiburan, untuk bercanda, tapi lama-lama karena mendapatkan reaksi positif dari melakukan berulang-ulang, sampai akhirnya pelaku prank ini lupa terhadap perasaan korban, perasaan penonton. Karena berpikirnya 'prank saya kan dapat reaksinya positif terus', jadi sudah subjektif nggak melihat respons-respons yang lain," beber Marissa.
"Karena mikirnya berpusat pada respons positifnya saja. Akhirnya lupa empati terhadap perasaan korban ataupun perasaan penonton. Jadi kontennya ini akhirnya kurang di-filter dengan baik karena empati berkurang, kepedulian berkurang, yang penting mendapatkan respons positif," sambungnya.
Marissa membenarkan, orang yang membuat konten prank KDRT sebaiknya diberi teguran. Namun catatannya, teguran harus diberikan dengan cara yang tepat. Simak di halaman selanjutnya.
Teguran Diperlukan
Lebih lanjut Marissa mengingatkan, orang yang membuat konten prank KDRT sebaiknya diberi teguran dengan cara yang tepat. Sebisa mungkin, sampaikan teguran dengan objektif dan hindari bahasa kasar. Mengingat, KDRT adalah tindak pidana serius dan memerlukan perlindungan bagi para korban.
"(Teguran) nggak usah memakai bahasa kasar, mungkin juga kan pelaku prank ini tidak benar-benar sadar bahwa yang dilakukannya salah. Kita bisa menegur dengan baik-baik, sampaikan bahwa kontennya sangat tidak sesuai. Objektif saja, kalau konten prank-nya tidak bagus tapi konten-konten lainnya oke, sampaikan saja ke pembuat kontennya bahwa konten yang lain oke," jelasnya.
"(KDRT) tidak dijadikan candaan karena ini memang isu yang serius, tindak pidana juga sudah ada. Artinya bukan main-main lagi. Kalau memang ada yang menyuarakan dia melakukan KDRT, terlepas benar atau tidak, kita tetap empati dulu terhadap apa yang dia rasakan," pungkas Marissa.
Simak Video "Video: CISDI Ungkap Alasan Kesehatan Mental Masih Disepelekan"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)











































