Tidak hanya gagal ginjal akut misterius, COVID XBB alias subvarian Omicron baru belakangan ini juga bikin heboh lantaran sudah masuk Indonesia. Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin beberapa waktu lalu. Ia meminta semua pihak dapat bekerjasama untuk memperkuat efektivitas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan protokol kesehatan.
"Varian ini (XBB) sudah masuk di Indonesia dan sedang kita amati terus," ucap Budi dalam Capaian Kerja Pemerintah 2022, Jumat (21/10/2022).
Sementara itu, kepala ilmuwan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Soumya Swaminathan memperingatkan beberapa negara kemungkinan akan melihat gelombang berikutnya yang dipicu oleh subvarian Omicron baru ini.
Gejala COVID XBB yang Sudah Masuk RI
Konsultan Penyakit Menular di RUmah Sakit Manipal HCMCT, India, mengungkapkan Omicron XBB memicu gejala ringan seperti subvarian lainnya.
"Pada varian ini juga, kebanyakan kasusnya ringan dengan gejala saluran pernapasan atas seperti sakit tenggorokan, batuk, hidung tersumbat, dan beberapa orang juga datang dengan banyak mialgia dan gerakan longgar atau keluhan perut," kata Dr Baidya, dikutip dari India Times.
Gejala tersebut bisa memburuk bagi mereka yang memiliki kekebalan imunitas yang kurang dan pasien memiliki riwayat penyakit penyerta seperti diabetes hingga lansia. Meski begitu, varian ini disebut sangat menular lantaran memicu penambahan kasus relatif cepat, berikut gejalanya.
- Batuk terus-menerus
- Sakit kepala
- Nyeri dada
- Perubahan indera penciuman
- Gangguan pendengaran
- Menggigil
Kronologi Pasien Terkena COVID XBB
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), kasus pertama XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal, terdeteksi pada seorang perempuan berusia 29 tahun, baru kembali dari lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Ada gejala seperti batuk, pilek dan demam. Ia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober" jelas juru bicara Kemenkes RI, dr Syahril.
Lebih Menular, Tapi Fatalitasnya Rendah
dr Syahril mengungkapkan, meski Omicron XBB cepat menular, namun fatalitasnya tak lebih parah dari subvarian lainnya. Kendati demikian negara belum bisa dikatakan aman dari pandemi COVID-19 lantaran berbagai mutasi varian baru masih berpotensi terus terjadi. Dalam 7 hari terakhir juga dilaporkan terjadi kenaikan kasus di 24 provinsi.
Sebanyak 24 Negara Melaporkan COVID XBB
Sejak pertama kali ditemukan, sebanyak 24 negara melaporkan temuan Omicron varian XBB termasuk Indonesia. Bahkan subvarian ini menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 yang sangat tinggi di Singapura, diikuti dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit.
"Peningkatan kasus gelombang XBB di Singapura berlangsung cepat dan sudah mencapai 0,79 kali gelombang BA.5 dan 0,46 kali gelombang BA.2" ucap Syahril.
Simak Video "Gejala Awal Subvarian Omicron XBB"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)