Kabar Kurang Enak buat yang Kena COVID Lebih dari Sekali, Berisiko Rusak Organ

Kabar Kurang Enak buat yang Kena COVID Lebih dari Sekali, Berisiko Rusak Organ

Alethea Pricila - detikHealth
Sabtu, 19 Nov 2022 13:00 WIB
Kabar Kurang Enak buat yang Kena COVID Lebih dari Sekali, Berisiko Rusak Organ
Foto ilustrasi: Getty Images/loops7
Jakarta -

Sebuah studi baru dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington menemukan mereka yang terpapar COVID-19 lebih dari sekali berisiko mengalami kerusakan sistem organ penting seperti jantung, paru-paru, otak, dan ginjal. Orang-orang ini juga disebutkan memiliki risiko lebih tinggi untuk dirawat inap, mengalami kondisi fatal, hingga meninggal dunia.

Studi ini dipimpin oleh dr Ziyad Al-Aly, yakni ahli epidemiologi. Dalam studi tersebut, Al-Aly bersama timnya menganalisis 5,3 juta catatan kesehatan dari Departemen Urusan Veteran AS sejak 1 Maret 2020 hingga 6 April 2022. Di antaranya adalah 443.588 pasien COVID-19 yang hanya sekali infeksi, dan 40.947 dengan dua kali infeksi COVID-19.

Subjek penelitian sebagian besar adalah laki-laki. Pasien yang mengalami reinfeksi COVID-19 memiliki risiko rawat inap lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan mereka hanya terinfeksi COVID-19 satu kali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebanyakan dari kelompok reinfeksi yang diperiksa akan mengalami dua atau tiga kali infeksi virus Corona, sebagian kecil di antara mereka sampai empat kali terinfeksi.

"Infeksi ulang atau reinfeksi COVID-19 meningkatkan risiko keparahan dan jangka panjang. Bahkan jika seseorang memiliki infeksi sebelumnya dan sudah divaksinasi, yang berarti mereka memiliki kekebalan ganda dari antibodi dari infeksi COVID-19 ditambah vaksin, mereka masih rentan terhadap hasil yang merugikan setelah terinfeksi ulang," terang dia, dikutip dari Reuters, Jumat (11/11/2022).

ADVERTISEMENT

Seberbahaya Apa?

Studi laporan yang diterbitkan di Nature Medicine tersebut juga menunjukkan adanya kemungkinan risiko yang akan dialami mereka yang terkena reinfeksi COVID-19 berupa gangguan paru, jantung, darah, ginjal, diabetes, kesehatan mental, tulang dan otot, dan gangguan neurologis.

Dibandingkan dengan yang hanya terkena COVID-19 sekali, mereka yang mengalami banyak infeksi juga lebih rentan terhadap kondisi fatal lainnya seperti:

  • 3,5 kali lebih mungkin mengalami masalah paru-paru
  • 3 kali lebih mungkin mengalami kondisi jantung
  • 1,6 kali lebih mungkin mengalami perubahan otak yang membutuhkan perawatan dibandingkan orang yang hanya pernah terkena COVID-19 sekali.

Penelitian lainnya yang dipaparkan dalam pertemuan Society for Neuroscience pada November lalu menyebut peradangan yang disebabkan oleh COVID-19 dapat berdampak lama pada otak, termasuk pada anak yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19.

Studi lainnya dalam konferensi tersebut menunjukkan, orang dewasa yang mempunyai gejala COVID-19 ringan juga mengalami perubahan otak dalam waktu empat bulan setelah infeksi.

"Yang kami ingin tahu, jika seseorang mengalami infeksi berkali-kali, apakah akan berpengaruh? Apakah infeksi ini akan memicu efek, atau sistem kekebalan telah beradaptasi karena telah tubuh telah mengalami infeksi sebelumnya dan mengembangkan cara untuk menghadapi (reinfeksi)?" kata Al-Aly dikutip dari Time, Senin (14/11/2022).

"Kami menemukan bahwa jika seseorang terinfeksi untuk kedua atau ketiga kalinya, infeksi itu akan memicu risiko masalah kesehatan tambahan. Bahkan, jika orang tersebut sudah divaksinasi (COVID-19)," pungkasnya.

NEXT: Pandangan pakar di Indonesia, seberapa besar potensi reinfeksi COVID-19 memicu kerusakan organ?

Pendapat Para Ahli

Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan RSUP Persahabatan, dr Prasenohadi, PhD, SpP(K), KIC menyebut hingga saat ini masih belum bisa dipastikan apakah infeksi berulang COVID-19 dapat menyebabkan kerusakan seperti paru atau tidak. Menurutnya, penyakit ini masih sangat baru sehingga harus dipantau dalam waktu 5 sampai 10 tahun ke depan.

Meski begitu, ia menyebut infeksi virus Corona pada kelompok rentan memang dapat menyebabkan kerusakan paru permanen.

"Jadi dia membutuhkan oksigen terus. Tapi sebagian besar bisa sembuh dengan baik," ucapnya saat konferensi pers BNPB, Rabu (16/11).

"Jadi risetnya masih mungkin beberapa kasus, kita harus melihat jangka panjang. Ini penyakitnya baru, kita hadapi dengan baru, kemudian kita lawan dengan vaksinasi, tentu ini menjadi suatu yang harus diperhatikan," katanya lagi.

Tak hanya menyebabkan kerusakan organ, ia menyebut hal tersebut dapat memicu risiko penyakit lain seperti tuberkulosis atau TBC.

"Kalau memang diperkirakan ke depannya menyebabkan berbagai kerusakan organ, tentu pengobatan atau observasi harus diperhatikan," tuturnya.

"Jadi kita lihat ke depannya, apakah COVID menyebabkan kerusakan permanen atau tidak," sambungnya lagi.

Halaman 2 dari 2
(Alethea Pricila/vyp)

Berita Terkait