Beda Mumifikasi Keluarga Kalideres dengan Pengawetan Mayat Mesir Kuno

ADVERTISEMENT

Beda Mumifikasi Keluarga Kalideres dengan Pengawetan Mayat Mesir Kuno

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Selasa, 22 Nov 2022 16:10 WIB
Puslabfor Polri cek suhu dan kelembaban udara di rumah sekeluarga mengering di Kalideres, Jakarta Barat.
Foto: Puslabfor Polri cek suhu dan kelembaban udara di rumah sekeluarga 'mengering' di Kalideres, Jakarta Barat. (Rumondang Naibaho/detikcom)
Jakarta -

Pihak kepolisian mengungkap kendala dalam mengungkap penyebab kematian keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Hal ini disebabkan karena jenazah keluarga tersebut telah mengalami mumifikasi.

Menurut dokter spesialis forensik dari Universitas Indonesia dr Ade Firmansyah, mumifikasi adalah perubahan yang terjadi pada mayat karena adanya penguapan cairan dan pembusukan. Lama waktu mumifikasi akan berbeda dari lokasi temuan mayat.

"Mumifikasi adalah suatu bentuk lanjut dari pembusukan mayat. Mumifikasi dapat terjadi pada kondisi suhu yang cukup tinggi serta kelembapan yang rendah di tempat ditemukannya jenazah," katanya kepada detikcom, Selasa (22/11).

Terlepas dari kasus keluarga tersebut, mumifikasi kerap dikaitkan dengan pembalseman dan pengawetan mayat. Namun, dr Ade menegaskan adanya perbedaan dengan kasus keluarga di Kalideres.

"Ada hal yang berbeda antara tindakan pembalseman atau pengawetan mayat yang dilakukan oleh orang Mesir kuno yang menghasilkan mumi, dengan apa yang kita sebut sebagai mumifikasi disini," beber dia.

Pada prinsipnya, lanjut dr Ade, ketika tubuh mengering karena proses mumifikasi, jenazah akan bisa disimpan dalam waktu yang lama. Tetapi, hal itu dilakukan untuk proses persemayaman.

"Sedangkan pengawetan mayat pada umumnya yang dilakukan untuk proses persemayaman, tidak sampai menghasilkan mumifikasi seperti ini," jelasnya.

Setelah meninggal, tubuh manusia mengalami pembusukan sekitar empat menit. Adapun beberapa tahapan yang terjadi pada tubuh usai meninggal dunia, dikutip dari Aftermath:

1. Autolisis

Tahapan autolisis atau pencernaan sendiri dan dimulai 24 hingga 72 jam setelah kematian. Saat sirkulasi darah dan pernapasan berhenti, tubuh tidak memiliki cara untuk mendapatkan oksigen atau membuang limbah.

Kelebihan karbon dioksida menyebabkan lingkungan asam sehingga membran dalam sel pecah. Membran melepaskan enzim yang mulai memakan sel dari dalam ke luar.

Rigor mortis menyebabkan kekakuan otot. Tubuh akan mengalami lepuh (bengkak) kecil berisi cairan kaya nutrisi mulai muncul di organ dalam dan permukaan kulit.

Tubuh akan tampak pucat karena lepuh yang pecah, dan lapisan atas kulit akan mulai mengendur.

2. Kembung

Pada tahapan ini terjadi sekitar 3-5 hari setelah manusia meninggal. Enzim yang bocor dari tahap pertama mulai menghasilkan banyak gas.

Hal tersebut, membuat ukuran tubuh manusia bisa berlipat ganda, membuatnya tampak kembung. Senyawa yang mengandung belerang yang dilepaskan bakteri juga menyebabkan perubahan warna kulit dan serangga mulai bermunculan.

Mikroorganisme dan bakteri menghasilkan bau yang disebut pembusukan. Bau ini sering mengingatkan orang lain bahwa seseorang telah meninggal, dan bisa bertahan lama setelah jenazah diangkat.

3. Peluruhan

Cairan yang dilepaskan melalui lubang menunjukkan awal pembusukan aktif. Kondisi ini biasanya terjadi 8-10 hari setelah meninggal, tubuh berubah dari yang berwarna hijau menjadi merah.

Kondisi ini terjadi ketika darah membusuk dan organ di perut menumpuk gas. Beberapa minggu setelah kematian, organ, otot, dan kulit menjadi cair.

Ketika semua jaringan lunak tubuh membusuk, rambut, tulang, tulang rawan, dan pembusukan lainnya tetap ada. Mayat kehilangan massa tubuh paling banyak selama tahap ini.

4. Skeletonisasi

Sekitar satu bulan tubuh akan melakukan penguraian secara perlahan dan berujung hanya tersisa tulang atau kerangka tubuh. Tahap ini disebut skeletonisasi karena kerangka memiliki tingkat dekomposisi berdasarkan hilangnya komponen organik (kolagen) dan anorganik, tidak ada kerangka waktu yang ditetapkan kapan kerangka terjadi.



Simak Video "Tips dan Waktu Olahraga yang Baik saat Puasa"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT