Korea Selatan tengah dibayangi resesi seks, hingga mengubah gaya hidup pasangan suami istri di sana. Hal ini salah satunya dialami oleh pekerja kantoran yang baru saja menikah, Choi Jung-hee. Ia mengaku enggan memiliki anak.
Choi Jung-hee mengatakan dirinya sering mendengar cerita orang yang bahagia memiliki anak. Namun, ia tetap berniat untuk childfree atau tidak memiliki anak lantaran beban membesarkan anak juga cukup besar.
"Hidupku dan suamiku yang utama," cerita dia, kepada The Guardian.
"Kami menginginkan kehidupan yang menyenangkan bersama, dan sementara orang mengatakan memiliki anak dapat memberi kami kebahagiaan, itu juga berarti banyak waktu yang mungkin membuat kami merasa ingin menyerah," lanjut dia.
Fakta adanya perubahan gaya hidup pasutri Korea Selatan pun terlihat dari data proporsi keluarga dengan satu anak, yang totalnya melampaui 40 persen. Selain itu, jumlah pernikahan mencetak rekor terendah sepanjang masa juga merosot di 193 ribu pada tahun lalu.
"Di negara di mana separuh penduduknya sekarang percaya bahwa pernikahan bukanlah suatu keharusan. Beberapa, terutama wanita, memprioritaskan kebebasan pribadi dan dengan sengaja mengesampingkan pernikahan sama sekali."
Meski keinginan untuk childfree tinggi, budaya wanita yang diharapkan bisa sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga masih tinggi di negeri ginseng itu. Ini juga dipengaruhi upah gender di sana yang terburuk di Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Tak hanya gaya hidup, bayang-bayang resesi seks juga berpengaruh pada angka kelahiran bayi di Korea Selatan. Menurut data populasi Statistics Korea di 23 November, jumlah bayi yang baru lahir pada kuartal ketiga (Juli-September) adalah 64.085 anak, turun sebanyak 3,7 persen yakni 2.466 dari tahun ke tahun. Ini adalah level terendah sejak statistik disusun pada 1981.
Dari Januari hingga September, angka kelahiran bayi tercatat sebanyak 192.223, yang ternyata turun 15.582 dari tahun lalu yakni 202.805. Ini adalah pertama kalinya sejak statistik disusun bahwa jumlah bayi yang baru lahir turun di bawah 200.000.
"Jumlah bayi yang lahir telah menurun seiring dengan penurunan populasi wanita dan jumlah pernikahan yang terus menurun," kata Roh Hyung-joon, kepala divisi tren populasi di Statistics Korea.
"Selain itu, angka kelahiran menurun seiring bertambahnya usia melahirkan dan masa subur dipersingkat."
Simak Video "Populasi Menurun dalam 60 Tahun, Generasi Muda China Enggan Berkeluarga"
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)