Fakta-fakta Virus Marburg Mewabah di Afrika Barat, Sudah Ada 9 Kasus Kematian

Round Up

Fakta-fakta Virus Marburg Mewabah di Afrika Barat, Sudah Ada 9 Kasus Kematian

Averus Al Kautsar - detikHealth
Jumat, 17 Feb 2023 05:30 WIB
Fakta-fakta Virus Marburg Mewabah di Afrika Barat, Sudah Ada 9 Kasus Kematian
Fakta-fakta seputar virus Marburg. Foto: Getty Images/iStockphoto/
Jakarta -

Guinea Equatorial melaporkan temuan wabah baru virus Marburg. Virus tersebut dikenal begitu menular dan sama mematikannya dengan Ebola. Hingga kini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan sudah ada 9 kasus kematian akibat infeksi virus tersebut.

"Selain 9 kematian, Guinea melaporkan sedikitnya 16 kasus diduga virus Marburg dengan gejala termasuk demam, kelelahan, muntah darah, dan diare," jelas WHO, dikutip dari US News, Selasa (14/2/2023).

Berikut ini adalah fakta-fakta soal virus Marburg yang saat ini sedang mewabah di Guinea Equatorial:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu Keluarga dengan Ebola

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menjelaskan jika virus Marburg berada di dalam satu keluarga dengan Ebola. Keduanya sama sama merupakan keluarga Filoviridae (filovirus). Walaupun kedua virus tersebut berbeda, gejala klinis yang muncul diyakini serupa.

"Setelah diperiksa akhirnya ditemukan saat itu bahwa ini ada virus dari keluarga Filoviridae namanya. Ini satu keluarga dengan ebola virus yang juga satu kelompok itu," jelas Dicky pada detikcom, Rabu (15/2).

Sudah Ada sejak Lama

Tak hanya itu saja, Dicky juga menjelaskan bahwa virus ini sebenarnya sudah ditemukan semenjak 1976. Virus ini pertama kali ditemukan oleh virologis di Marburg dan Frankfurt, Jerman.

ADVERTISEMENT

NEXT: Penyebab merebaknya virus Marburg

Saat infeksi virus Marburg pertama kali merebak, para ahli belum mengetahui bahwa penyakit tersebut disebabkan virus Marburg. Saat itu, kasus serupa juga ditemukan di kota Belgrade, Serbia. Pasien mengalami demam dibarengi perdarahan, dengan tingkat kematian yang tinggi.

"Itu kematiannya hampir sama dan ini bisa sampai 88 persen, bahkan ada yang sampai 90 persen. Paling buruk. Jadi sangat mematikan. Tapi menular, sangat menular. Terutama dari cairan tubuh dari si pasien," beber Dicky.

Disebabkan oleh Kelelawar

Virus Marburg awalnya hanya menular dari hewan ke manusia (Zoonosis). Namun seiring perjalanan wabah ini, virus Marburg dapat menular dari manusia ke manusia melalui cairan tubuh.

"Karena manusia mengkonsumsi atau terkontaminasi dari kotoran dari hewan kelelawar itu yang menempel di buah, atau produk, atau produk lain yang akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Khususnya di Afrika sana atau pun bisa saja di daerah tropis lain yang memiliki potensi kelelawar buah yang sama," jelas Dicky.

"Sejauh ini endemiknya memang masih di Afrika, tapi kita harus mewaspadai apalagi dengan pelajaran dari pandemi COVID-19," pungkasnya.


Menteri Kesehatan Minta Masyarakat Tak Khawatir

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik berlebihan. Pasalnya, kasus infeksi virus Marburg yang terjadi belum tentu menyebar.

"Di Indonesia belum ada dan kita juga masih tunggu WHO, WHO kalau ada virus di situ belum tentu semua nyebar. Jadi kita tidak usah terlalu panik juga, kita lihat ada level-levelnya apakah ini masuk variant of interest, jadi kita perhatikan. Apakah masuk variant of concern, masuk under monitoring, jadi kita tahu ikut WHO informasinya juga sudah kita dapat," katanya kepada wartawan di Hotel Mulia Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023).

"Tapi teman-teman jangan buru-buru panik karena belum tentu semua virus itu menyebar," pungkas Menkes.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Data WHO: Sepertiga Perempuan di Dunia Alami Kekerasan Fisik dan Seksual"
[Gambas:Video 20detik]
(Averus Al Kautsar'/vyp)

Berita Terkait