Aktivitas seks yang berkualitas bisa membentuk kelekatan pasangan. Namun pada beberapa kasus, pasangan menghadapi kendala merosotnya gairah bercinta baik pada pria maupun wanita. Salah satu pemicunya, yakni hypoactive sexual desire disorder (HSDD).
Pada wanita, di beberapa kasus, HSDD memiliki kaitan erat dengan menopause. Dikutip dari Medical News Today, umumnya, penurunan kadar estrogen dimulai saat seseorang berusia 40-an. Selama 2 hingga 8 tahun, menstruasi menjadi kurang teratur dan kemudian berhenti sama sekali.
Masa sebelum menopause disebut perimenopause. Menopause adalah ketika seseorang tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan, atau secara permanen. Terdapat sejumlah gejala yang terjadi menjelang menopause, misalnya berupa penipisan dinding vagina atau disebut atrofi vagina, atau kekeringan di area vagina.
Faktor-faktor ini dan lainnya dapat memicu penurunan libido atau dorongan seks, dibarengi munculnya rasa sakit saat berhubungan seks. Atrofi dan kekeringan vagina tidak membaik dengan sendirinya, tetapi bisa diatasi dengan pengobatan tertentu.
Tak hanya pada fisik, menopause juga menyebabkan perubahan emosional yang memengaruhi kehidupan seseorang, termasuk kehidupan seksnya.
Beberapa gejala dan efek samping yang terkait dengan menopause antara lain:
- Kecemasan
- Masalah kontrol kandung kemih
- Kesulitan tidur
- Penipisan rambut
- Penambahan berat badan
Depresi juga dapat memicu penurunan libido. Pada beberapa kasus, depresi umum terjadi pada wanita di usia paruh baya dan menjelang menopause. Namun, para peneliti belum menemukan hubungan langsung antara keduanya.
Setelah menopause, seseorang mungkin mengalami penurunan gairah seks dengan tanda-tanda berupa:
- Libido rendah
- Lebih sedikit pikiran dan fantasi seksual
- Perubahan fisik yang mempengaruhi kenikmatan seks
NEXT: Nyeri di vagina saat berhubungan seks
Simak Video "Video: Saran Dokter Setelah Berhubungan Suami Istri di Bulan Ramadan"
(vyp/kna)