Round Up

Curhat Kiky Saputri, Diketawain Dokter Singapura gegara Stroke Kuping

Charina Elliani - detikHealth
Kamis, 09 Mar 2023 06:30 WIB
Curhat Kiky Saputri diketawain dokter Singapura gegara 'stroke kuping'. (Foto: Instagram @kikysaputrii)
Jakarta -

Cuitan Komika Kiky Saputri terkait 'stroke kuping' viral di Twitter. Dalam cuitan tersebut, Kiky menceritakan pengalamannya saat mertua didiagnosis stroke kuping oleh dokter di Indonesia.

"Mertua saya didiagnosa stroke kuping karena tiba-tiba pendengarannya terganggu. Disuntik dalemnya malah makin parah pendengarannya," tulis Kiky melalui akun @kikysaputrii, Selasa (7/3/2023).

"Akhirnya ke RS Spore & diketawain sama dokternya mana ada stroke kuping. Itu cuma flu jadinya bindeng ke telinga & sekarang udah sembuh. Kocak kan?" sambungnya.

Cuitan tersebut ia tulis sebagai respons atas pernyataan Presiden Jokowi mengenai banyaknya masyarakat yang lebih memilih berobat ke luar negeri. Disebutkan sekitar 2 juta warga Indonesia memilih untuk berobat di luar negeri setiap tahunnya.

Menanggapi komentar yang ramai diperbincangkan tersebut, Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Slamet Budiarto ikut angkat bicara.

dr Slamet mengatakan bahwa kualitas dokter dan tenaga kesehatan di Tanah Air tidak kalah dari luar negeri.

"SDM dokter di Indonesia dan Singapura itu nggak beda jauh dan nggak kalah dari luar negeri," katanya ketika dihubungi detikcom, Rabu (8/3/2023).

Menurutnya, yang menjadi pembeda utama adalah ketersediaan alat kesehatan dan pembiayaannya. Ia menilai, banyak pasien di Indonesia yang dibiayai oleh bantuan BPJS Kesehatan, yang nilai keekonomiannya tidak sebanding.

"Kalau di Singapura, sekali dokter periksa itu dapat fee yang cukup karena biayanya cukup," ujarnya.

Kondisi tersebut juga berpengaruh pada kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Selain itu, ia juga menyayangkan bagaimana alat kesehatan dan obat-obatan ini masih dikenai pajak sehingga meningkatkan biaya yang perlu dikeluarkan oleh rumah sakit. Jelas, hal tersebut berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi kurang optimal.

"RS itu ada keengganan beli alat canggih karena mahal, terkena pajak. Ini kan PR pemerintah, IDI sudah menyurati ke Presiden agar obat dan alkes nggak dikenai pajak," pungkas dr Slamet.

"Kenapa orang lari ke Penang, Singapura, ya itu tadi. Di sana pelayanan lebih komprehensif karena alkes canggih sehingga dokternya bebas menggunakan alat untuk diagnosa. Tapi kalo SDM, sama. keahliannya sama," sambungnya.

NEXT: Stroke kuping sendiri beneran ada nggak sih? Ini faktanya




(up/up)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork