Baru-baru ini, Rachel Vennya membagikan foto dirinya yang sedang menyaksikan konser girl group asal Korea Selatan, BLACKPINK, Minggu(12/3/2023). Dalam foto tersebut, terlihat Rachel dengan outfit yang serba pink dan hitam sedang berpose di depan panggung.
"Born pinkk," tulisnya pada caption unggahan tersebut.
"Lautan pink. So happy! Thank you Blackpinkkk," tulisnya lagi pada unggahan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unggahan tersebut sontak memancing berbagai komentar dari warganet. Banyak komentar kebencian yang dilontarkan warganet yang menuding ibu dua anak itu hanya mengalami FOMO atau Fear of Missing Out dan bukan benar-benar karena menyukai BLACKPINK.
"Buna si always fomo," ketik akun @lal***.
"Fomo banget ya bhuennaaa," timpal akun @put***.
Di balik banjirnya komentar kebencian terhadap Rachel, tak sedikit juga warganet yang membelanya.
"Menurut ku ya, mau hafal atau engga lagunya, semua orang berhak untuk nonton konser," ujar akun @san***.
"Serius nanya, fomo tuh apaan deh?" ucap akun @ega***.
Mengenal Istilah FOMO
Dikutip dari Very Well Mind, FOMO atau Fear of Missing Out adalah perasaan atau persepsi yang melihat kehidupan atau pengalaman orang lain lebih baik dibandingkan diri sendiri. Kondisi ini bisa meninggalkan rasa iri atau menurunkan rasa percaya diri yang cukup mendalam pada seseorang.
Meski istilah ini sudah ada sejak 2014, kini konsep FOMO semakin banyak dikenal masyarakat seiring berkembangnya media sosial.
- Riset menunjukkan bahwa FOMO dapat menyebabkan sejumlah gangguan pada kesehatan mental, khususnya bagi para remaja, sebagai berikut:
- Rasa cemas yang berlebih
- Depresi
- Menurunnya kepercayaan diri
- Memicu perilaku yang berisiko
Cara Mengatasi Perasaan FOMO
Tergolong sebagai suatu kondisi yang umum dirasakan oleh berbagai kalangan, ada sejumlah cara yang dapat dicoba untuk mengatasi perasaan ini.
Riset menunjukkan bahwa perasaan ini seringkali disebabkan oleh rasa tidak bahagia atau tidak puas dengan kehidupan. Imbasnya, penggunaan media sosial seseorang menjadi semakin meningkat.
Memahami apa yang menjadi penyebab dari perasaan FOMO yang dirasakan bisa menjadi awal yang baik untuk bisa melawan dan lepas dari perasaan tersebut. Berikut 5 cara yang bisa dicoba.
1. Mengatur fokus
Dibandingkan dengan berfokus pada apa yang kurang atau apa yang tidak dimiliki, coba lihat apa sudah dimiliki diri sendiri. Hal ini bisa menjadi suatu hal yang menantang karena sulit untuk mengontrol apa yang kita lihat, terutama di media sosial.
Namun, langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan mengelilingi diri dengan orang-orang yang positif atau kegiatan yang positif. Begitupula di media sosial, cobalah ikuti akun-akun yang memberikan atau menyalurkan perasaan positif.
2. Mencoba detoks digital
Menghabiskan terlalu banyak waktu di dunia maya bisa meningkatkan potensi munculnya FOMO. Mengurangi penggunaan atau melakukan 'detoks digital' bisa menjadi solusi yang baik.
Detoks digital adalah sebuah istilah yang menggambarkan situasi ketika kita mengambil waktu sejenak untuk beristirahat dari dunia maya. Langkah ini dapat membantu sesoerang lebih fokus pada hal yang terjadi di dunia nyata tanpa terus membandingkan diri dengan orang lain.
Bila tidak bisa sepenuhnya lepas dari media sosial karena satu dan lain hal, cobalah untuk menetapkan batasan waktu pemakaian setiap harinya agar tidak berlebihan dan tidak berdampak buruk bagi kesehatan mental.
3. Menulis jurnal
Menulis jurnal personal bisa menjadi langkah untuk mengungkapkan isi hati dan pikiran yang mungkin sulit untuk diekspresikan melalui media sosial. Hal ini akan membuat kita lebih fokus dan lebih bisa untuk mengapresiasi apa yang seseorang rasakan atau alami, dibanding mencari validasi dari orang-orang di media sosial.
4. Menjalin koneksi atau relasi di dunia nyata
Banyak orang yang cenderung mencari koneksi atau relasi lebih luas ketika merasa depresi, cemas, kesepian, atau tertinggal. Namun, media sosial tak selalu menjadi solusi yang terbaik. Sebaliknya, bertemu dan berinteraksi secara langsung bisa menjadi opsi yang lebih baik.
5. Fokus pada perasaan bersyukur
Studi menunjukkan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat memicu rasa bersyukur, seperti menulis jurnal atau sekadar berbagi kisah dengan orang sekitar mengenai apa yang disyukuri, bisa menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan semangat kita dan sekitar kita.
Simak Video "Plantar Fasciitis, Ancaman Serius Para Pelari"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)











































