Seorang dokter dari Forum Dokter Pejuang Surat Tanda Registrasi (STR) mengisahkan perjalanannya kesulitan untuk mendapatkan STR. Tak hanya gagal hingga delapan kali untuk mendapatkan STR, ia pun harus membayar biaya hingga puluhan juta untuk mendapatkan STR.
Dokter tersebut bernama Maya Sandra. Terkait kesulitan yang dialaminya, ia mempertanyakan standar kelulusan nilai yang diterapkan dalam uji kompetensi dokter Indonesia (UKDI).
"Kami belum punya STR sejak kami lulus dan adapun teman-teman kami punya STR tapi lagi kami sudah mengikuti ujian kompetensi yang diselenggarakan di kolegium, kami tiap ujian berbayar dengan harga tidak kecil, jutaan," ungkapnya dalam Public Hearing soal RUU Kesehatan di Kemenkes RI, Rabu (15/3/2023).
"Satu kali ujian pertama Rp 2,5 juta ujian kedua Rp 1,2 juta, dan teman-teman kami yang berjuang untuk STR tidak satu kali lulus ada yang tujuh kali delapan kali, dan kami pertanyakan untuk apa uang itu," sambung dr Maya.
Ia berharap, ke depannya ada ada transparansi terkait standar nilai yang ditetapkan atau angka kelulusan UKDI. Bila tidak kunjung ada kejelasan terkait STR, dr Maya berharap bisa ada pembinaan lebih lanjut untuk mempermudah proses perolehan STR.
Di samping sulitnya mendapatkan STR, sejumlah dokter dari forum tersebut juga mengeluhkan sulitnya proses pembaharuan STR. Pasalnya mereka sudah memiliki STR, namun tidak aktif lantaran tidak diperbaharui selama lima tahun. Mereka mengusulkan agar ke depannya, STR bisa dibuat berlaku untuk seumur hidup.
"Ujian kami kemarin online tidak ada berkas, yang kami kerjakan hanya online, dan itu tetap kami suruh bayar untuk registrasi kartu ujian dan pesertanya banyak tapi yang lulus hanya sedikit," beber dr Maya.
"Dan itu yang kami pertama bahkan kami pun tidak pernah melihat angka kelulusan itu berapa nilai standarnya berapa," pungkasnya.
NEXT: Tanggapan Menteri Kesehatan RI
(vyp/kna)