Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak China untuk membagikan informasi terkait pencarian asal-usul COVID-19. WHO menyoroti, tanpa keterbukaan dari China, dengan segala hipotesis yang ada kini, sudah lebih dari tiga tahun virus Corona merebak di dunia.
"Tanpa akses penuh ke informasi yang dimiliki China, Anda tidak bisa mengatakan ini atau itu," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari Reuters, Sabtu (8/4/2023).
"Semua hipotesis ada di atas meja. Itulah posisi WHO dan itulah mengapa kami meminta China untuk bekerja sama dalam hal ini," sambungnya.
"Jika mereka melakukan itu maka kita akan tahu apa yang terjadi atau bagaimana awalnya," tegas Tedros lebih lanjut.
Mengingat, virus Corona pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan, China, pada Desember 2019. Banyak pihak menduga, virus tersebut menyebar di pasar hewan hidup sebelum akhirnya menular ke manusia, menyebar di seluruh dunia dan memicu hampir 7 juta kasus kematian di dunia.
Data terkait awal kemunculan pandemi COVID-19 diunggah secara singkat oleh para ilmuwan China ke database internasional bulan lalu. Data tersebut termasuk urutan genetik yang ditemukan di lebih dari 1.000 sampel lingkungan dan hewan yang diambil pada Januari 2020 di pasar makanan laut Huanan di Wuhan, yakni lokasi wabah COVID-19 pertama yang diketahui.
Mengacu pada data tersebut, DNA dari beberapa spesies termasuk anjing rakun dari sampel lingkungan yang dites positif SARS-CoV-2 menunjukkan hewan-hewan tersebut adalah saluran yang paling mungkin untuk menularkan virus Corona.
Namun, dalam studi yang diterbitkan oleh jurnal Nature pekan ini, para ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China membantah temuan tim internasional tersebut.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(vyp/vyp)