Dalam rangka bulan Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah melakukan penindakan rutin. Salah satu yang menjadi perhatian BPOM adalah jajanan buka puasa atau takjil yang dijual selama bulan Ramadan.
BPOM melakukan sampling dan pengujian cepat terhadap kemungkinan kandungan bahan yang dilarang digunakan pada pangan. Beberapa di antaranya seperti formalin, boraks, dan pewarna yang dilarang.
Dari 8.600 sampel yang diperiksa, ada sebanyak 101 sampel takjil yang terbukti menggunakan bahan yang dilarang untuk panganan.
"Dari 8.600 sampel takjil buka puasa di seluruh Indonesia, masih ada sekitar 1,17 persen takjil dengan bahan dilarang digunakan untuk pangan," kata Kepala Badan POM Dr Ir Penny K Lukito, MCP dalam Konferensi Pers Hasil Pengawasan Pangan Ramadan dan Jelang Idul Fitri di Jakarta Pusat, Senin (17/4/2023).
Rincian penemuannya antara lain formalin (0,57 persen), rhodamin B (0,33 persen), dan boraks (0,29 persen).
Adapun lebih lanjut, terjadi penurunan jumlah temuan takjil yang tidak memenuhi syarat BPOM bila dibandingkan dengan tahun lalu. Pada tahun 2022, jumlah jajanan buka puasa yang tidak memenuhi standar mencapai 7,3 persen dari 109 sampel.
"Dari data ini, angkanya terus menurun. BPOM berterima kasih sekali kepada pedagang dan pengusaha takjil yang sudah memahami pentingnya standar tersebut," ucap Penny.
"Penurunan tersebut tidak lepas dari upaya BPOM bersama lintas sektor terkait melalui kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi, Program Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), Program Pasar Aman Berbasis Komunitas, serta pendampingan kepada pelaku usaha di sarana produksi dan peredaran," pungkasnya.
Simak Video "Video Temuan BPOM Saat Sidak Takjil: Makanan Berformalin-Pakai Pewarna Tekstil"
(avk/kna)