Biang Kerok COVID-19 Ngamuk Lagi di China, Bakal Capai 65 Juta Kasus Per Minggu

Round Up

Biang Kerok COVID-19 Ngamuk Lagi di China, Bakal Capai 65 Juta Kasus Per Minggu

Vidya Pinandhita - detikHealth
Sabtu, 03 Jun 2023 06:00 WIB
Biang Kerok COVID-19 Ngamuk Lagi di China, Bakal Capai 65 Juta Kasus Per Minggu
Ilustrasi pandemi COVID-19 di China. (Foto: AP Photo)
Jakarta -

Imbas gelombang COVID-19, kini muncul prediksi China bakal mencatat 65 juta kasus baru per minggu pada akhir Juni ini. Namun begitu ahli menyebut, kondisi di China masih tergolong stabil dan terkenali.

Prediksi tersebut disampaikan oleh spesialis penyakit pernapasan Zhong Nanshan pada konferensi medis minggu ini di kota selatan Guangzhou. Disinggungnya, gelombang yang dimulai pada akhir April telah diantisipasi sehingga China mencatat 40 juta infeksi per minggu. Namun berlanjut pada akhir Juni, jumlah infeksi mingguan akan mencapai 65 juta.

"Orang-orang merasa berbeda tentang gelombang ini," ungkap seorang warga China, Qi Zhang (30) yang bekerja di sebuah perusahaan keuangan di utara kota Tianjin dikutip dari NBC News, Jumat (2/6/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terakhir kali, semua orang ketakutan, tapi sekarang mereka tidak menganggapnya sebagai masalah besar," sambungnya.

Diduga gegara Omicron XBB

Lonjakan COVID-19 di China kali ini muncul terhitung enam bulan setelah China mencabut aturan ketata penanganan COVID-19 bernama 'Zero COVID' pada Desember 2022. Saat itu, pemerintah secara ketat menerapkan lockdown, pengujian massal, karantina yang menyesakkan, dan persyaratan masker yang ketat.

ADVERTISEMENT

Sebelum ini, gelombang COVID-19 khususnya varian Omicron sudah pernah melanda China, tepatnya pada Desember 2022 dan Januari 2023. Saat itu, China mencatat jutaan kasus COVID-19, sehingga rumah sakit dan krematorium di kota-kota di seluruh negeri dipenuhi pasien COVID-19.

Kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Wu Zunyou, menjelaskan sekitar 80 persen dari 1,4 miliar warga China terinfeksi selama gelombang itu. Namun kini, kekebalan warga sudah menurun sehingga risiko reinfeksi meningkat kembali.

NEXT: Pakar klain kondisi China masih 'stabil dan terkendali'

Seorang peneliti Divisi Penyakit Menular di Pusat Pengendalian Penyakit China (CDC), Wang Liping, mengakui jumlah pasien bergejala demam di klinik-klinik memang meningkat sejak April 2023. Sebagian besar pasien mengalami gejala ringan.

Namun menurutnya, jumlah pasien secara keseluruhan masih lebih rendah dibandingkan puncak COVID-19 di gelombang sebelumnya.

"Oleh karena itu, berdasarkan data pemantauan kami dari berbagai saluran, epidemi yang disebabkan oleh strain varian XBB akan berlanjut untuk sementara waktu di masa mendatang, tetapi situasi pencegahan dan pengendalian epidemi di seluruh negeri stabil dan dapat dikendalikan," ujarnya, dikutip dari ABC News, Jumat (2/6).

Lebih lanjut peneliti lainnya di CDC, Chen Cao, menyebut, varian Corona yang paling banyak tersebar di China saat ini adalah subvarian Omicron XBB, yang juga menyebar di skala internasional.

"Dengan peningkatan konstan varian mutan impor dan penurunan tingkat antibodi populasi kita, infeksi varian XBB cenderung meningkat," beber Dr Chen.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Berita Terkait