Kasus obesitas dengan berat badan mencapai ratusan kilogram bak merebak di Indonesia beberapa waktu terakhir. Menyusul kasus mendiang M Fajri di Tangerang dengan BB mencapai 300 kg, muncul kasus serupa pasien obesitas Cipto Raharjo dengan BB 200 kg.
"Prinsipnya sebenarnya sederhana. Ada pengeluaran dan pemasukan (kalori) yang tidak seimbang," ungkap pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) sekaligus dokter spesialis penyakit dalam sub endokrin DR dr EM Yunir, SpPD, KEMD dalam konferensi pers virtual, Senin (10/7/2023).
"Pada orang normal, pemasukan dan pengeluaran selalu bisa dijaga dengan seimbang. Kalau pasien itu makannya banyak, biasanya aktivitas fisiknya tinggi. Kalau itu seimbang, tidak akan terjadi kegemukan," imbuhnya.
dr EM Yunir memaparkan, terdapat sejumlah gejala obesitas yang harus diwaspadai pada perjalanan pasien-pasien dengan berat badan berlebih. Gejala tersebut berupa:
- Sesak napas saat beraktivitas ringan
- Selalu merasa mengantuk
- Kelainan di kulit
- Nyeri punggung di bagian bawah
Pengapuran dini sendi lutut. Semakin besar kelebihan berat badan yang dimiliki seseorang, semakin parah kerusakan pada sendi lutut.
Pada banyak kasus, pasien obesitas juga mengalami gatal di area selangkangan. dr EM Yunir menjelaskan, kondisi tersebut umumnya disebabkan oleh pertumbuhan jamur. Bisa juga, imunitas pasien tersebut menurun akibat kadar gula darah tinggi, sehingga risiko tumbuh jamur pun meningkat.
"Gatal itu sebenarnya jamur di sela-sela kulit yang lembab. Kalau orang gemuk, lipatan-lipatan lebih tebak sehingga celah-celah di situ menjadi lembab," ungkap dr EM Yunir.
"Pada kondisi itu jamur sangat mudah tumbuh. Ditambah lagi kalau higienitasnya kurang. Mungkin mandinya tidak sampai sela-sela," pungkasnya.
Simak Video "Video: WHO Keluarkan Pedoman Baru Syarat Terapi GLP-1 untuk Obesitas"
(vyp/kna)