Miliarder di Amerika Serikat berusia 45 tahun, Bryan Johnson, mengungkap progres dari prosedur suntik plasma darah dari putranya yang berusia 18 tahun. Prosedur itu ditujukan untuk mencegah penuaan dan penurunan otak akibat usia.
Namun, Johnson mengungkapkan 'tidak ada manfaat' dari prosedur tersebut setelah memeriksa berbagai biomarker dari cairannya. Hal itu diungkapkan melalui cuitan di akun Twitter miliknya.
"Pertukaran plasma muda mungkin bermanfaat untuk populasi yang secara biologis lebih tua atau kondisi tertentu," bunyi tweet Johnson.
"Tapi itu tidak berlaku dalam kasus saya. Itu seperti menumpuk manfaat di atas intervensi saya yang ada. Meski begitu, metode alternatif pertukaran plasma atau fraksi plasma muda menjanjikan," lanjutnya yang dikutip dari laman Fortune, Selasa (11/7/2023).
Dalam prosedur ini, satu liter darah dari donor yang lebih muda diambil. Kemudian, diekstraksi menjadi sel darah, sel darah putih, trombosit, dan plasma.
Plasma yang dikonversi, kemudian disuntikkan ke penerima dengan tujuan regenerasi bagian tubuh sebagai anti-penuaan. Johnson dan putranya sama-sama memberikan darah mereka.
Johnson menyuntikkan plasma putranya ke pembuluh darahnya, untuk percobaan trifecta antargenerasi. Setelah mengungkap hasilnya sejauh ini, Johnson mengumumkan di Twitter bahwa terapi itu telah dihentikan.
"Hasilnya masih tertunda," tulisnya dalam tweet.
Sejak Bloomberg memprofilkannya pada bulan Januari, Johnson dikenal dengan kemewahan dan disiplinnya dengan menghabiskan jutaan dolar untuk perawatan anti-penuaan. Secara terbuka, ia mendokumentasikan rezim anti-penuaannya dengan nama 'Project Blueprint'.
Projek tersebut terdiri dari diet ketat, olahraga, rutinitas tidur, dan tes organ dan darah yang konsisten untuk menentukan apakah dia menjadi lebih muda secara biologis. Transfusi plasma hanyalah salah satu dari banyak prosedur yang dia jalani atas nama umur panjang, meski dianggap kontroversial.
NEXT: Kontroversi Transfer Plasma Darah dari yang Lebih Muda
(sao/kna)