Waspada, Dokter Paru Beberkan Bukti Nyata Efek Vape Tak Seaman Rokok

Waspada, Dokter Paru Beberkan Bukti Nyata Efek Vape Tak Seaman Rokok

Vidya Pinandhita - detikHealth
Selasa, 22 Agu 2023 17:34 WIB
Waspada, Dokter Paru Beberkan Bukti Nyata Efek Vape Tak Seaman Rokok
Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta -

Seorang atlet MMA, Sean Tobin, harus menjalani pemotongan paru-paru gegara nge-vape. Kejadian ini bak mematahkan anggapan banyak orang, yang menyebut penggunaan vape dan rokok elektrik lebih 'aman' dibandingkan rokok konvensional. Nyatanya seperti yang dialami Tobin, paru-parunya rusak parah akibat vape.

"Vape tidak pernah lepas dari tangan saya. Itu sangat, sangat biasa," ungkap Sean Tobin dikutip dari New York Post, Selasa (22/8/2023). Diketahui, ia terbiasa menggunakan vape dari pagi hingga malam hari dan sesekali juga mengisap ganja dan menambahkan THC (tetrahydrocannabinol), kandungan zat aktif dalam ganja.

Banyak orang percaya, efek bahaya dari vape dan rokok elektrik tak akan sefatal rokok konvensional yang dibakar. Padahal nyatanya, pengguna vape pun tak terlepas dari ancaman gangguan kesehatan. Sebab, aerosol rokok elektrik pun mengandung zat berbahaya seperti nikotin, logam berat seperti timbal, senyawa organik yang mudah menguap, dan agen penyebab kanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kesempatan sebelumnya, dokter spesialis paru dr Erlina Burhan, SpP(K) menegaskan bahwa vape dan rokok elektrik tidak bisa digunakan sebagai pengganti rokok konvensional.

Memang kadar nikotin dan zat berbahaya pada rokok elektrik memang lebih rendah dibandingkan rokok konvensional. Namun pada kebanyakan kasus, pengguna rokok elektrik akan tetap menghisap dalam jumlah banyak. Walhasil, nikotin yang terhirup sama saja kadarnya dari penggunaan rokok konvensional.

ADVERTISEMENT

"Salah satu penelitian menyebut lebih dari sama dengan 30 hisapan itu nikotin yang dihantarkan itu sama dengan jumlahnya dengan satu batang rokok," terang dr Erlina dalam diskusi daring beberapa waktu lalu.

"Memang kadarnya (nikotin) rendah tapi pada kenyataannya ternyata orang terjebak dengan kata-kata kadar nikotin dan zat-zat kimia menjadi lebih rendah. Jadi memang sama-sama menimbulkan kecanduan juga," imbuhnya.

Lebih lanjut dr Erlina menjelaskan, pada awalnya rokok elektrik memang dirancang untuk para perokok aktif agar berhenti merokok konvensional. Namun kenyataannya, kadar nikotin yang lebih rendah pada rokok elektrik justru membuat penggunanya lebih banyak.

"Rokok elektrik ini awalnya waktu pertama kali diciptakan memang didesain untuk transisi para perokok yang biasa untuk berhenti merokok. Ya sudah pakai vape dulu yang diinhalasi karena kadarnya dibikin rendah. Komponennya juga nggak sebanyak rokok," beber dr Erlina.

"Didesain seperti itu tapi pada kenyataannya justru banyak gagalnya. Orang malah kecanduan juga dengan cara-caranya bahkan justru lebih sering menghisapnya. Sebagian tidak bisa meninggalkan rokok konvensional malah pakai dua-duanya. Itulah yang dikatakan e-cigar atau vape ini gagal dipakai sebagai alat untuk berhenti merokok," pungkasnya.




(vyp/kna)
Atlet Kolaps gegara Vape
5 Konten
Gegara keseringan menggunakan vape, seorang atlet MMA, Sean Tobin, harus menjalani pemotongan paru-paru. Nyatanya, efek vape dan rokok elektrik memang tak lebih 'enteng' dibanding rokok konvensional.

Berita Terkait