Indonesia termasuk dalam 'stone belt', yakni wilayah geografis dengan prevalensi atau angka kejadian batu ginjal lebih tinggi dibanding wilayah lain. Ada banyak faktor yang mempengaruhi risiko penyakit tersebut, termasuk hidrasi dan pola makan.
Penyakit ini kerap diabaikan karena sering kali tidak menimbulkan gejala. Padahal jika tidak diobati segera, batu ginjal berisiko memperburuk kualitas hidup hingga gagal ginjal.
Dokter spesialis urologi dari RS Royal Progress (RSRP), dr Endrika Noviandrini, SpU menjelaskan bahwa terdapat faktor penyebab batu ginjal lainnya yang sering tidak diwaspadai oleh masyarakat, yakni faktor keturunan dan genetik.
"Sebenarnya yang paling banyak nggak aware itu sebetulnya batu ginjal itu ada faktor keturunan. Salah satu penyebab batu ginjal itu ada faktor keturunan juga. Jadi ada orang yang misalnya keluarganya ada yang sakit batu ginjal, nggah harus ayah atau ibu, misalnya kakek dan nenek pun itu berarti Anda memiliki faktor risiko terjadinya batu ginjal. Jadi faktor keturunan itu berpengaruh," ungkap dr Endrika dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (07/09/2023).
Dilihat dari jenis kelamin, risiko batu ginjal lebih banyak dialami laki-laki daripada perempuan. Namun, itu bukan berarti perempuan terlepas dari risiko terkena batu ginjal.
"Laki-laki lebih tinggi dari perempuan, walaupun perempuan juga bisa gampang terjadi karena saluran kencing perempuan kan lebih pendek, jadi risiko infeksinya lebih tinggi, sebenarnya itu juga bisa terjadi," katanya.
Pentingnya Deteksi Dini
Batu ginjal memang sering kali tidak menunjukkan gejala hingga mencapai ukuran tertentu. Oleh karena itu, dr Endrika menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dini, setidaknya dengan USG supaya batu ginjal dapat teratasi dengan tindakan pencegahan yang lebih mudah.
"Batu ginjal kadang-kadang kalau udah besar itu baru memberikan gejala, jadi biasanya pada pasien-pasien yang satu, ada riwayat genetik, faktor keluarga, minumnya kurang, atau merasa selama ini sering nahan kencing, sering infeksi saluran kencing berulang, nggak ada salahnya untuk USG. Setidaknya USG," jelas dr Endrika.
"Karena USG itu kan salah satu screening untuk melihat apakah ada batu karena kenapa? Mumpung batunya kecil, kita bisa melakukan dengan metode seminimal invasi mungkin, dibandingkan nanti ketika sudah besar, sudah ada komplikasi itu lebih repot lagi," sambungnya lagi.
NEXT: Tips mencegah batu ginjal
(up/up)