Fenomena 'disunat jin' atau makhluk halus kerap kali beredar di masyarakat. Padahal, faktanya, fenomena tersebut hanyalah mitos belaka dan bisa dijelaskan secara medis. Adapun nama kondisi medisnya adalah parafimosis.
Ikatan Ahli Urologi Indonesia, Spesialis Bedah Urologi RSUD dr Soegiri Lamongan dan Ketua IDI Cabang Lamongan, dr Budi Himawan, SpU, mengungkapkan fenomena ini kerap kali ditemukan di daerah pedalaman atau terpencil, termasuk di Lamongan, Jawa Timur.
Ia menyampaikan, dalam satu bulan terakhir ada sekitar dua kasus parafimosis yang terjadi di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi beberapa kali menangani kasus parafimosis di daerah, memang insidennya tidak terlalu banyak. Kalau secara epidemiologis itu sekitar 0,2 persen dari populasi, usia 4 bulan sampai 12 tahun," ucapnya dalam media briefing, Selasa (25/9/2023).
Selain di Lamongan, dr Budi juga sempat menemukan beberapa kasus di Bali. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Bali beragama Hindu dan tak melakukan sirkumsisi.
"Jadi kejadian-kejadian di mana pasien atau lingkungan tersebut tidak sirkumsisi," imbuhnya lagi.
Lebih lanjut, dr Budi juga menceritakan dirinya pernah menangani kasus pasien parafimosis. Diceritakannya, pasien tersebut mengalami sunat jin dan sudah mengadakan selamatan layaknya orang sudah disunat.
Seiring berjalannya waktu, penis pasien tersebut malah membengkak imbas 'sunat jin'.
"Untungnya meskipun bengkak, masih bisa kita atasi dan kerusakan penis insya allah kita hindari. Tapi kalau itu telat sedikit saja, mungkin kasusnya sudah berbeda, sudah terjadi mutilasi dan sebagainya," imbuhnya lagi.
(suc/up)











































