Perjuangan Pengobatan Warga Baduy, Kendala Jarak hingga Larangan Adat

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Rabu, 27 Sep 2023 06:15 WIB
Warga Baduy sudah mendapatkan akses BPJS Kesehatan (Foto: Nafilah Sri Sagita K/detikHealth)
Banten -

Butuh perjuangan berat bagi warga Baduy bisa mendapat akses pengobatan. Terkait adat, ada sejumlah aturan yang tidak bisa dilanggar masyarakat. Salah satunya, tidak boleh menggunakan kendaraan sebagai transportasi bepergian, mereka terbiasa menempuh bahkan puluhan kilometer hanya dengan berjalan kaki.

Jika melanggar, otomatis 'dicoret' sebagai identitas warga Baduy. Ayah Mursyid, salah satu tokoh masyarakat warga Baduy dalam, bercerita jika tidak sedikit di antara masyarakat adat berakhir tidak 'selamat' lantaran akses fasilitas kesehatan terlampau jauh. Pilihannya terbatas. Hanya ada tiga faskes yang masih mungkin ditempuh dengan berjalan kaki.

Misalnya, faskes di Cibuleger, Cirenteun, hingga Sobang. Faskes di sekitaran Cibuleger setidaknya perlu dicapai dengan menempuh jarak sekitar 12-14 kilometer. Sementara menuju Sobang, jaraknya lebih jauh lagi. "Kurang lebih 20 km dari Baduy dalam," begitu kata ayah Mursyid saat ditemui detikcom di Binong, Kabupaten Lebak, Jumat (26/9/2023).

Ia bercerita banyak warga yang digigit ular saat bekerja di ladang dan membutuhkan penanganan sesegera mungkin. Warga Baduy langsung bergegas menggotong korban dan berjalan kaki menuju lokasi.

Namun, apa yang didapat, belum sampai di RS, banyak dari mereka berakhir tidak tertolong. Ini tidak hanya terjadi satu hingga dua kali.

"Kendala kami, kami dilarang naik mobil menuju tempat berobat, karena yang sudah terjadi, banyak warga kami bekerja di ladang terdapat ular. Sulit cari obat bisa harus dirujuk kemana saya dan teman-teman Baduy pun keburu telat merujuk kemana dan lain-lain," sambung pria kelahiran 1970 itu.

Warga Baduy sudah dapat mengakses BPJS Kesehatan. Namun sengkarut persoalan kesehatan tak selesai sampai di situ. Foto: Nafilah Sri Sagita K/detikHealth

Kisah lain diungkapkan Jaro Sami dari Kampung Cibeo, Baduy Dalam. Kematian ibu dan anak juga kerap dilaporkan. Meski sejumlah nakes puskesmas beberapa kali melakukan pengecekan kandungan banyak ibu di Baduy, tetap saja, mereka tidak bisa segera mendapatkan tindakan saat terjadi gangguan kehamilan.

"Ada dokter suka ke sini, bantu cek, tolong saat ada yang sakit, tapi nggak tiap hari kan. Ibu-ibu perdarahan, anaknya nggak selamat, atau ibunya nggak selamat, ada kasus semacam itu, ada," tuturnya.

"Kadang suka dikasih herbal, tapi kalau herbal kan cocok-cocokan ya," sambungnya.

Sementara Mursyid berharap pemerintah segera mendirikan puskesmas atau fasilitas kesehatan lain berupa klinik yang memiliki alkes dan tenaga kesehatan lengkap, dibangung di kawasan Binong, lantaran jarak tempuhnya jauh lebih dekat.

"Harapan saya negara, gubernur, bupati, hadirkan sarana prasarana fasilitas kesehatan, mau RS, mau apa namanya, segala sarananya lengkap, karena kami susah merujuk kemana-mana, kami berharap didirikannya di Binong ini, dari Baduy dalam cuma sekitar 4 km," pinta Ayah Mursyid.

"Kalau memang sedang tidak ada mantri, bidan, memang tidak bisa ditangani selama ini di Baduy dalam, keluarganya tidak bisa pergi, berkaitan dengan transportasi, harapan saya di sini ada tempatnya," pungkas dia.

NEXT: Strategi Kemenkes Sulitnya Berobat Warga Baduy



Simak Video "Video Dirut BPJS Kesehatan Bicara soal Rencana Pemutihan Tunggakan"


(naf/up)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork