Beberapa waktu terakhir, media sosial dihebohkan dengan video viral seorang wanita hidup di kamar kos yang amat berantakan. Setelah kamarnya dibuka oleh orang lain, barulah ketahuan bahwa di kamar tersebut ada banyak sampah menumpuk dan berserakan, kasurnya pun sampai kehitaman. Saking tidak terurusnya, ada air mengalir hingga membanjiri lantai kamar.
Bukan kali pertama fenomena serupa muncul lewat video viral di media sosial. Banyak netizen justru bersimpati melihat kasus tersebut. Sebab mereka menduga, ada gangguan mental 'hoarding disorder' di baliknya, atau yang dipahami sebagai gangguan perilaku menimbun barang. Umumya, orang dengan gangguan ini merasa sulit berpisah dengan barang miliknya.
"Kesulitan untuk membuang barang-barang ini mengakibatkan penumpukan yang memakan banyak ruang sehingga membuat tempat tinggal menjadi kacau, berantakan tidak layak dihuni, dan dapat membahayakan orang yang tinggal di dalamnya," ungkap psikolog klinis Veronica Adesla kepada detikcom, Jumat (6/11/2023).
Menurut Veronica, hoarding disorder bisa disebabkan oleh masa lalu yang penuh stres atau pengalaman traumatis. Pada beberapa kasus juga, gangguan ini dipicu oleh faktor genetik dan biologis. Rupanya, lebih dari 50 persen individu yang menimbun melaporkan bahwa mereka memiliki kerabat yang juga melakukan penimbunan.
Berbeda dengan orang yang tidak beres-beres rumah karena sekadar malas, orang dengan hoarding disorder cenderung memiliki keterikatan emosi dengan barang-barang yang ditimbun. Kondisi itulah yang membuat mereka tidak mau melepaskan barang-barangnya, hingga akhirnya menumpuk dan menjadi sampah di tempat tinggal.
"Kalau orangnya malas saja, kalau barangnya dibuang atau dirapikan ia tidak akan masalah. Bila ada orang yang kemudian merapikan atau membantu membuang, yang bersangkutan tidak berkeberatan atau malah senang-senang saja," pungkas Veronica.
(vyp/vyp)