Sekitar 28 dari 31 bayi prematur yang dirawat di RS Al Shifa dievakuasi ke Mesir. Kondisi mereka dilaporkan sangat menyedihkan karena sudah dikeluarkan dari inkubator demi bertahan hidup.
Seorang ibu yang anaknya dirawat, Lobna al-Saik, mendampingi 28 bayi tersebut saat mereka dibawa dengan konvoi ambulans dari sebuah rumah sakit di Gaza selatan, melalui perbatasan Rafah, ke Mesir untuk menerima perawatan.
"Mereka adalah anak-anak yang tidak bersalah, bayi prematur. Pesan saya kepada dunia adalah 'cukup'," katanya dikutip dari Reuters, Rabu (22/11/2023).
Tayangan televisi Mesir menunjukkan staf medis di Rafah dengan hati-hati mengambil bayi-bayi kecil dari dalam ambulans Palestina dan menempatkan mereka di inkubator bergerak, yang kemudian didorong melintasi tempat parkir menuju ambulans Mesir.
Bayi-bayi tersebut, dari total 31 bayi yang dipindahkan pada hari Minggu dari Rumah Sakit Al Shifa yang terkepung di Kota Gaza ke rumah sakit bersalin di Rafah, hanya mengenakan popok dan topi hijau kecil. Mereka dibawa ke rumah sakit Mesir.
Al-Saik mengatakan sebelum perang dimulai, bayinya telah menerima oksigen di Al Shifa karena kesulitan bernapas setelah kelahiran prematurnya.
Keluarga tersebut meninggalkan rumah mereka pada hari ketiga perang untuk menghindari pemboman Israel. Seperti ratusan ribu orang lainnya, al-Saik pindah ke selatan Jalur Gaza bersama ketiga anaknya yang lain, sementara bayi perempuannya tinggal di Al Shifa.
Sang ibu dipertemukan kembali dengan bayinya di Rafah, namun untuk menemaninya ke Mesir, ia mengatakan harus meninggalkan anak-anaknya yang lain di Gaza.
"Saya bahkan tidak sempat memeluk mereka karena saya tidak bisa meninggalkan putri saya dalam keadaan seperti ini. Saya tidak mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Sesuatu mungkin terjadi pada mereka, mereka bisa dibom atau menjadi martir," ujarnya, suaranya pecah saat air mata mengalir.
Simak Video "WHO Sebut Proses Pemulihan Bayi Prematur di Gaza Masih Panjang"
(kna/kna)