Krisis layanan kesehatan yang terjadi di Jalur Gaza kondisinya semakin memprihatinkan. Serangan Israel mengakibatkan banyak rumah sakit 'lumpuh' dan menyisakan sedikit yang hanya berfungsi sebagian.
Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan keprihatinannya terhadap ribuan warga yang menjadi pasien dan staf layanan kesehatan di Jalur Gaza. Menurutnya, gencatan senjata menjadi satu-satunya cara untuk melindungi para pasien dan tenaga kesehatan. Ia menuturkan bahwa saat ini tidak ada tempat yang aman di wilayah Jalur Gaza.
"Kami sangat prihatin terhadap ribuan pasien, serta pekerja kesehatan dan perawatan. Satu-satunya cara untuk melindungi mereka adalah dengan gencatan senjata sekarang juga," kata Tedros melalui media sosial X dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (8/12/2023).
Tedros menuturkan pihaknya mengirimkan pasokan medis untuk perawatan darurat pada Kamis ke RS European Gaza dan Kompleks Medis Nasser di Gaza Selatan. Pasokan yang dikirim cukup untuk memenuhi kebutuhan 4.500 pasien.
"Pertarungan yang sangat intens membuat operasi kesehatan apapun semakin sulit untuk dilakukan. Ini adalah misi pengiriman bantuan pertama sejak 29 November. Tidak ada tempat yang aman," tambahnya.
Selain itu, ia juga menyoroti kondisi RS Al-Awda yang berfungsi dengan minimal di Gaza utara. Menurutnya kondisi rumah sakit tersebut sudah sangat memprihatinkan.
"Laporan mengenai rumah sakit Al-Awda yang berfungsi minimal di Gaza utara yang dikepung sangat memprihatinkan. Masih ada pasien dan tenaga kesehatan di dalam fasilitas tersebut yang harus dilindungi," pungkasnya.
Israel telah melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza pada 1 Desember setelah berakhirnya jeda kemanusiaan selama sepekan. Setidaknya ada 17.177 warga Palestina yang tewas dan lebih dari 46.000 menjadi korban luka akibat serangan udara Israel sejak 7 Oktober.
Simak Video "Video WHO: Bantuan yang Masuk ke Gaza Masih di Bawah Target"
(avk/naf)