Mengatasi situasi tersebut, menjelang pemilu pada April mendatang, partai politik besar di Korea Selatan berjanji akan menyediakan perumahan umum dengan kemudahan pinjaman biaya. Dengan harapan, mereka bisa membendung penurunan populasi yang dikhawatirkan akan berujung 'kepunahan nasional'.
Imbas anjloknya angka kelahiran saat ini, Korea Selatan diprediksi akan menjadi dengan 'penuaan super' pada 2025. Pasalnya, seperlima dari penduduk Korea Selatan telah berusia 65 tahun ke atas. Pemerintah Korea Selatan memproyeksikan, jumlah penduduk akan turun menjadi 36,2 juta pada 2072, dibandingkan total 51,6 juta pada 2022.
"Kepunahan nasional bukanlah sesuatu yang akan terjadi jauh di masa depan, melainkan sebuah tantangan yang akan segera terjadi," kata Lee Jae-myung, pemimpin oposisi Partai Demokrat, pada pertemuan yang membahas usulan tersebut dikutip dari Reuters, Sabtu (20/1/2024).
Data statistik juga menunjukkan, tingkat kesuburan yang dipahami sebagai jumlah rata-rata anak dilahirkan oleh seorang perempuan kemungkinan akan menurun menjadi 0.68 pada 2024. Angka tersebut melampaui 0,78 pada 2022, yang merupakan rekor angka kelahiran terendah di Korea Selatan.
"Kita tidak punya banyak waktu," kata Presiden Yoon Suk Yeol dalam pesan Tahun Baru, mengacu pada krisis populasi.
Salah satunya adalah Partai Demokrat, menjanjikan lebih banyak perumahan publik untuk keluarga muda dan pinjaman berbunga rendah. Bunga ini akan dibatalkan jika keluarga-keluarga tersbuet memiliki anak. Selama bertahun-tahun hingga anak masuk Sekolah Menengah Atas, keluarga ini akan menerima tunjangan bebas anak.
Pasangan yang baru menikah akan berhak atas pinjaman berbunga rendah hingga 100 juta won atau setara lebih dari Rp 1,1 miliar yang akan dibatalkan jika mereka memiliki tiga anak, dengan jumlah hibah yang sama yang ditawarkan, terkait dengan jumlah anak.
Simak Video 'Mitos atau Fakta: Retinol Bikin Kulit Menipis':
(vyp/suc)