Ramai Second-hand Embarrassment usai Debat Cawapres, Dokter Jiwa Ungkap Pemicunya

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Selasa, 23 Jan 2024 12:05 WIB
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Psikiater dr Lahargo Kembaren ikut berkomentar terkait istilah second hand embarrassment yang belakangan ramai di media sosial pasca debat calon wakil presiden (cawapres). Istilah ini disematkan pada gaya debat cawapres yang dinilai 'gimmick' atau keluar dari konteks.

dr Lahargo memastikan second hand embarrassment sebetulnya bukan termasuk masalah psikologis dan wajar terjadi lantaran manusia memiliki empati. Artinya, apa yang dialami seseorang bisa berdampak pada lingkungan terdekat atau sekitarnya.

"Second-hand embarrassment adalah ketika seseorang secara personal merasa malu, tidak nyaman, atau bersalah ketika menyaksikan sikap dan perilaku orang lain yang memang memalukan atau berperilaku negatif. Ini sebetulnya hanya istilah di masyarakat," beber dr Lahargo saat dihubungi detikcom, Senin (22/1/2024).

"Meskipun kita bukan merupakan bagian dari proses tersebut dan tidak memiliki hubungan yang cukup erat dengan orang yg melakukan perilaku memalukan tersebut tapi kita tetap bisa merasakan perasaan yang tidak nyaman," sambungnya.

Hal yang memicu masalah psikologis ketika second-hand embarrassment berujung stres, cemas, sampai mengganggu keseharian.



dr Lahargo menjelaskan otak memiliki bagian yang berfungsi sebagai analisis situasi, yakni bagian pre frontal cortex. Diikuti dengan bagian amygdala yang berperan sebagai pengelolaan emosi.

Karenanya, ketika seseorang menangkap situasi tidak nyaman dengan panca indera, sinyal tersebut diteruskan ke pusat emosi sehingga menghasilkan hormon stres yakni kortisol yang memicu pikiran, perasaan, sampai tubuh menjadi tidak nyaman.

"Manusia punya kemampuan empati, yaitu merasakan apa yang mungkin dialami dan dirasakan oleh orang lain. Sehingga saat ada orang lain yang melakukan perilaku memalukan, maka kita pun akan merasakan hal yang sama bila berada di posisinya," tutur dr Lahargo.

"Hal ini akan semakin terasa bila orang yang melakukan perilaku memalukan tersebut adalah orang yang cukup dekat dengan kita," lanjutnya.

NEXT: Saran biar tidak berdampak pada kejiwaan



Simak Video "Video: Ini Batas Normal Tantrum Anak, Waspada Bila Berlebihan "


(naf/kna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork