Obama Care, jaminan sosial kesehatan di Amerika Serikat (AS) dinilai tak lebih sukses dari BPJS Kesehatan. Menurut Presiden RI Joko Widodo hal ini sempat diutarakan Obama, 2019 lalu. Dirinya mengaku sempat ikut merasa heran, tetapi kemudian memahami betul perbedaan keduanya.
"Di sini menurut saya, pertama, ada rujukan puskesmas. Di Amerika nggak ada puskesmas. Langsung ke RS sehingga beban semua langsung ke RS di sini, masih ditahan ke puskesmas. Baru kalau sudah berat masuk ke RS," beber Jokowi beberapa waktu lalu kepada wartawan, di Istana Senin (1/3/2024).
"Kedua, aging populasinya di kita ini masih banyak karena ada bonus demografi usia produktif terbanyak sehingga beban dari BPJS itu menjadi lebih ringan dibandingkan di Amerika," lanjut Jokowi.
Senada, Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti juga menilai kesuksesan BPJS Kesehatan dibandingkan ObamaCare bergantung pada perbedaan jumlah usia produktif. Artinya, AS dibebani dengan laporan pasien sakit lebih banyak di tengah tingginya angka lansia.
"Menurut saya dari leadershipnya aja beda. Dari sistemnya beda. Dari, kalau Pak Presiden kemarin kan bilang dari struktur masyarakatnya, kita banyak, di sana banyak lansia, kita masih banyak yang muda-muda, produktif jadi belum sakit-sakitan ya itu satu hal," tutur Prof Ghufron saat merespons pertanyaan detikcom di media briefing Nusa Dua, Bali, Rabu (6/3/2024).
Perbedaan kedua, jaminan kesehatan di AS secara umum menurut Prof Ghufron juga selalu berbasis komersial. "Jadi orang semua cari profit," lanjutnya.
Sementara BPJS Kesehatan jelas non-profit alias berdasarkan asas gotong royong, kelompok kaya membantu pembiayaan kelompok miskin.
Simak Video "Video Dirut BPJS Kesehatan Bicara soal Rencana Pemutihan Tunggakan"
(naf/up)