Bersinergi Turunkan Ranking Tuberkulosis di RI yang Masih Peringkat 2 Dunia

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Selasa, 30 Jul 2024 09:22 WIB
Foto: Getty Images/iStockphoto/Liliia Lysenko
Jakarta -

Indonesia masih menjadi negara dengan kasus tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia. Sinergi antar lembaga dibutuhkan untuk menekan penularan penyakit ini terlebih jika ingin eliminasi TBC di tahun 2030.

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menargetkan temuan 1 juta kasus TBC per tahunnya. Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada 2022, dan jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus pada 2023.

Namun angka tersebut menjadikan Indonesia menempati urutan kedua terbanyak kasus TBC setelah China. Menurut data Global TB Report 2023, Indonesia menjadi negara kedua dengan kasus TB terbanyak di dunia dengan estimasi jumlah kasus sebanyak 1,06 juta dan 134 ribu kasus kematian per tahun.

"Jadi sebetulnya peningkatan kasus itu penyebabnya adalah saat pandemi, orang yang dites berkurang. Nah efeknya itu kalau kita lihat trennya akan meningkat terus sampai tahun 2024," tutur Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes dr Imran Pambudi saat ditemui di agenda Stop TB Partnership, Rabu (24/7/2024).

Akselerasi Eliminasi TBC

Demi mempercepat penemuan kasus TBC di Indonesia, pemerintah diminta memperkuat District-based Public Private Mix (DPPM) atau kerjasama antara faskes swasta dan pemerintah.

Terlebih menurut studi Patient Pathway Analysis (2017) menyatakan bahwa 74% masyarakat lebih memilih pergi untuk mengakses layanan di fasilitas kesehatan swasta.

"Pemerintah sudah berupaya memperkuat eliminasi TBC dengan pendekatan Public Private Mix (PPM) dan kolaborasi lintas sektor. STPI telah mencoba mendukung upaya tersebut melalui advokasi PPM di 9 daerah dengan penguatan kapasitas pemerintah daerah, mobilisasi anggaran, dan penguatan jejaring PPM," ujar dr.Nurul Luntungan MPH selaku Ketua Yayasan STPI.

Alasan masyarakat lebih memilih fasilitas pelayanan kesehatan swasta termasuk aksesnya yang lebih mudah daripada faskes milik publik atau pemerintah. Hal ini juga permasalahan yang dibenarkan oleh pemerintah, sehingga kerjasama multisektor perlu diperkuat demi percepatan eliminasi TBC.

"Kejadian bolak-balik RS-Puskesmas-Klinik dan sebaliknya adalah kenyataan yang kita alami saat ini, dengan strategi PPM diharapkan bisa mengurangi lika-liku tersebut, namun tentu masih harus terus diperkuat dengan kebijakan yang memadai di setiap daerah," tambah dr Imran.



Simak Video "Video: PR Dinkes Jakarta Temukan 70 Ribu Kasus TBC hingga Akhir 2025 "

(kna/kna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork