Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kasus gondongan atau mumps pada anak usia 5-10 tahun trennya mulai meningkat beberapa bulan ke belakang. Bahkan, penyakit ini lebih banyak kasus daripada Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau istilah awamnya flu singapura dan cacar air.
Anggota PP IDAI Dr dr Irene Ratridewi, SpA(K), M.Kes mengatakan di wilayahnya yakni Jawa Timur, kasus gondongan pada anak bahkan lebih banyak 4 kali lipat daripada HFMD atau flu singapura.
"Paling banyak mumps, nomor dua HFMD, yang ketiga cacar air. Di mana dua atau tiga bulan yang lalu terbalik kejadiannya. Kasusnya (gondongan) sampai 6.000 lebih ya, kalau kita lihat tadi HFMD 1.600 sekian," ujar dr Irene pada media briefing IDAI, Selasa (12/11/2024).
dr Irene menambahkan tidak hanya muncul gejala di sekitar leher, para remaja laki-laki yang mengidap gondongan juga berpeluang mengidap penyakit lain yakni orchitis atau peradangan pada testis.
"Kalau saya brainstorming atau sharing gitu dengan teman-teman (dokter) penyakit dalam, mereka juga mengatakan bahwa pasien gondongan yang dewasa laki-laki pada kena orchitis," katanya.
dr Irene mengimbau orang tua untuk menjaga anak-anak dari potensi terpaparnya virus penyebab gondongan. Gondongan ini bisa menular melalui droplet (cipratan air ludah) atau barang-barang yang kontak dengan pengidap gondongan.
"Anak-anak yang mengidap tiga penyakit tersebut (gondongan, cacar air, dan HFMD) harus tidak boleh masuk sekolah. Dia harus diam di rumah, karantina, isolasi, physical distancing," tambah dr Irene.
Bagaimana Cara Mencegahnya?
dr Irene juga memberikan tips kepada para orang tua agar anak-anak terhindar dari tiga penyakit tersebut.
- Tidak boleh tukar-tukar alat makan dengan teman
- Imunisasi
- Hand Hygiene yakni membersihkan tangan dengan sabun antiseptik di air mengalir
- Hindari kepadatan
- Pemberian makanan bernutrisi pada anak agar daya tahan tubuh baik
Simak Video "Video: Gejala Trauma yang Ditemukan pada Anak-anak Gaza Pasca-perang"
(dpy/suc)