Sering Batuk Dikira COVID, Wanita Ini Ternyata Kena Kanker Stadium 4

Averus Kautsar - detikHealth
Jumat, 25 Apr 2025 18:01 WIB
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
Jakarta -

Evgenia (27) di London, Inggris menceritakan diagnosis kanker yang dialami ketika usianya masih 25 tahun. Usia tersebut terbilang sangat muda untuk seseorang mengidap kanker.

Selama berbulan-bulan sebelum didiagnosis, ia mengalami gejala seperti nyeri bahu, kelelahan, dan batuk parah. Evgenia tidak merasakan sesuatu yang aneh dari gejalanya, bahkan mengira sedang terinfeksi COVID.

Seiring waktu berjalan, gejalanya semakin parah dan ia mengalami ruam kulit serta nyeri parah di tulang belikatnya. Ia akhirnya memeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan jadwal biopsi pada Juli 2023.

Ketika menjalani biopsi, gejalanya semakin parah. Ia batuk terus-menerus, kesulitan berbicara, hingga sulit menjalani aktivitas sehari-hari. Belakangan diketahui, Evgenia mengidap kanker limfoma stadium 4.

Limfoma adalah jenis kanker yang berasal dari sistem limfatik, yaitu bagian sistem kekebalan tubuh yang melibatkan kelenjar getah bening, limfa, kelenjar timus, dan sumsum tulang.

"Sebelumnya saya punya firasat bahwa saya mungkin menderita kanker. Saya pikir mengetahui itu jauh lebih baik daripada tidak mengetahuinya," cerita Evgenia dikutip dari Mirror, Jumat (25/4/2025).

Diagnosisnya yang terlambat dan serius membuat dia langsung menjalani kemoterapi agresif. Dalam beberapa bulan, hasil pemindaian menunjukkan Evgenia masuk tahap remisi.

Tapi ketika ia pulih, pemeriksaan awal tahun 2024 menunjukkan kankernya kambuh.

Dokter lalu memberikan kombinasi imunoterapi dan kemoterapi sebagai perawatan Evgenia. Rencana perawatan berlangsung selama 2 tahun. Meskipun saat ini ia masuk remisi lagi, rasa takut untuk kambuh masih ada.

"Saya harus datang ke rumah sakit setiap tiga minggu sekarang, dan itu tidak sesulit pengobatan tahap pertama. Pertama kali, saya merasa sangat tidak enak badan. Saya benar-benar kelelahan, dan bahkan berjalan jarak pendek pun sulit," ungkapnya.

Menurutnya, terapi kombinasi perawatan eksperimental tersebut memberikan efek samping yang minimal pada fisiknya. Ia bisa beraktivitas sehari-hari, meskipun tidak seaktif sebelum sakit.

Evgenia mengatakan dirinya saat ini menjalani terapi dan menulis untuk membantu kesehatan mentalnya.

"Aspek emosional sangat penting bagi saya. Saya mencoba untuk tetap positif dan percaya pada yang terbaik. Dan saya pikir itu sangat membantu saya sepanjang perjalanan hidup saya," tandasnya.



Simak Video "Video: Ketua YKPI soal Banyak Pasien Kanker Pilih Pengobatan Alternatif"

(avk/naf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork