Ciri-ciri Penyumbatan Pembuluh Darah di Otak, Jangan Sampai Terlambat

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Selasa, 06 Mei 2025 08:18 WIB
Ilustrasi penyumbatan pembuluh darah di otak. (Foto: Shutterstock)
Jakarta -

Penyumbatan pembuluh darah di otak terjadi saat ada timbunan lemak, disebut plak, menyumbat pembuluh darah yang selama ini berfungsi mengalirkan darah ke otak dan kepala (arteri karotis). Sumbatan ini berisiko memicu seseorang terkena stroke.

Walhasil, membutuhkan penanganan medis darurat sesegera mungkin sebelum otak kehilangan sebagian besar atau seluruh suplai darah. Pasalnya, saat stroke, otak tidak mendapatkan oksigen dan sel-sel otak mulai mati dalam hitungan menit.

Penyumbatan pembuluh darah di otak terjadi secara bertahap. Pada tahap awal, seringnya tidak menunjukkan gejala, sampai kondisinya lebih serius yakni otak kekurangan pasokan darah hingga memicu serangan stroke.

Dikutip dari Mayo Clinic, dalam kondisi tersebut, umumnya penyumbatan pembuluh darah di otak memicu gejala berikut:

  • Mendadak mati rasa atau lemah di wajah dan anggota badan lain, terjadi pada satu sisi tubuh.
  • Tiba-tiba kesulitan berbicara dan memahami pembicaraan
  • Adanya gangguan penglihatan, pada satu atau kedua mata.
  • Pusing dan kehilangan keseimbangan
  • Mendadak sakit kepala parah tanpa diketahui penyebabnya
  • Delirium
  • Pingsan

Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun gejalanya hanya berlangsung sebentar dan kemudian merasa baik-baik saja, segera temui dokter terdekat untuk memastikan risiko yang bisa terjadi.

Berbicara dengan dokter bila memiliki faktor risiko penyakit arteri karotis meskipun tidak memiliki gejala. Mengelola faktor risiko dapat melindungi seseorang dari penyumbatan pembuluh darah di otak yang memicu stroke.

Inikah Pemicunya?

Penyumbatan pembuluh darah di otak juga bisa terjadi pada usia muda, tergantung faktor risiko masing-masing orang. Khususnya pada mereka yang tidak mengelola kondisi berikut:

Tekanan darah tinggi

Terlalu banyak tekanan pada dinding arteri dapat melemahkannya dan membuatnya lebih mudah rusak.

Merokok

Nikotin dapat mengiritasi lapisan dalam arteri. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.

Diabetes

Diabetes menurunkan kemampuan untuk memproses lemak, sehingga meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan aterosklerosis.

Kadar lemak darah tinggi

Kadar kolesterol lipoprotein densitas rendah yang tinggi dan kadar trigliserida yang tinggi, lemak darah, membantu penumpukan plak.

Riwayat keluarga

Risiko penyakit arteri karotis lebih tinggi jika ada kerabat yang menderita aterosklerosis atau penyakit arteri koroner.

Usia

Arteri menjadi kurang fleksibel dan lebih mungkin cedera seiring bertambahnya usia.

Obesitas

Berat badan berlebih meningkatkan kemungkinan tekanan darah tinggi, aterosklerosis, dan diabetes.

Sleep apnea

Henti napas di malam hari dapat meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah di otak.

Kurang olahraga

Tidak berolahraga menyebabkan kondisi yang dapat merusak arteri, termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas.



Simak Video "Video: Seusai Stroke Ringan, Kak Seto Diminta Istirahat hingga 2 Bulan"

(naf/naf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork